Pada ajang bergengsi yang diselenggaranakan oleh DIKTI “Kompetisi Kincir Angin Indonesia (KKAI) ke-1”, Fakultas Teknik yang terdiri dari Jurusan Pendidikan Teknik Mesin (Widodo, Aditya Wahyu P., dan Erric Yulistyono), Jurusan Pendidikan Elektronika (Tika Novita Sari), dan Jurusan Elektro (Muh. Iskandar) mengikuti kompetisi yang berlangsung pada tanggal 30 November 2013—5 Desember 2013 di Pandansimo, Ngentak, Bantul,Yogyakarta. Kompetisi ini diikuti oleh 31 Perguruan Tinggi mulai D3–S2 seluruh Indonesia di antaranya: ITS, UNY, UGM, UI, ITB, UB, IPB, PENS-ITS, dan berbagai perguruan tinggi lainnya. Tim Sapu Jagad ini dibimbing oleh Dr. Mujiono, S.T., MT., W.Eng., (Pend. Teknik Mesin) yang ahli di bidang ilmu bahan yang digunakan sebagai baling-baling kincir angin dan Muslikhin, M.Pd., (Jurusan Elektronika).
Tim Sapu Jagad UNY meraih juara III, disusul UNS dan Universitas Sanata Dharma. Lomba kali ini cukup kompleks dan menjadi daya tantangan mahasiswa S-1 dan S-2 untuk mengembangkan kreatifitasnya. Dalam hal ini UNY akan mengembangkan secara kompleks. Ke depan, tim akan membuat generator sendiri untuk mampu menghasilkan energi yang diinginkan.
“Lomba ke-1 kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun 2013 ini membuat secara kompleks mulai dari tiang, baling-baling, generator, dan sistem control pencatat data harus membuat sendiri. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Dr. Wagiran menghimbau kami mampu mempersembahkan secara maksimal untuk meraih juara umum 2014 mendatang,” ucap ketua tim, Erric.
“Kelebihan kincir angin yang dibuat pertama kali ini adalah ketahanan bahan yang dibuat dari polybon, dan dimensi baling-baling menggunakan sistem power balancing. Kelebihan menggunkan bahan polybon ini tahan terhadap korosi dari angin pantai dan sangat ringan, dari dimensi baling-baling sendiri mampu dengan kecepatan tinggi, torsi besar dan lama berhenti jika angin tidak kencang. Inovasi sistem control yang dibuat adalah mampu mengendalikan secara konstan arus yang dihasilkan pada putaran tinggi dan mencatat tiap satu detik kemudian tersimpan dalam sistem komputer. Proses pembuatan kincir angin ini diselasaikan dalam waktu 15 hari sekalian dengan research. Harapan besar kedepannya dari pembuatan kincir angin ini selain sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan juga meneliti desain terbaik, sehingga mampu diproduksi secara masal,” tutur widodo.
“Sementara itu, penilaian kompetisi ini ada beberapa kategori yang diakumulasi secara total di antaranya: energy akumulatif (40%), desain turbin (20%), desain generator (15%), desain pengendali (10%), sedangkan desain tower, kehandalan, proposal masing-masing (5%) melalui praktik dan presentasi di depan dewan juri. Pada kompetisi kali ini dihasilkan energi sebesar 560 watt jam selama 3 hari,” imbuh Iskandar. (widodo)