Suatu permasalahan klasik yang dihadapi kota-kota besar di Indonesia saat musim hujan tiba yaitu banjir. Seperti halnya banjir yang terjadi pada Sabtu (16/11/2013) lalu yang melanda Dusun Karangmalang, Sleman, tepatnya pada Jalan Colombo depan Lapangan Sepak Bola Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Dengan ketinggian air selutut orang dewasa menyebabkan banyak kendaraan bermotor mogok dan macet. Banjir ini merupakan banjir terbesar sejak musim penghujan tiba. Permasalahan yang terlihat dari banjir di Jalan Colombo karena sistem drainase buruk dan tidak adanya lahan terbuka hijau sebagai penyerap air hujan.
Melihat kondisi di atas, Himpunana Mahasiswa Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (HMPG FIS UNY), melalui program Peningkatan Kapasitas (PENTAS) Divisi Kastrat mengadakan forum diskusi. Diskusi kali ini mengangkat tema “Permasalahan Drainase yang Menyebabkan Banjir”. Forum diskusi yang dilaksanakan pada Rabu (27/11/2013) bertempat di ruang Ki Hadjar Dewantara FIS UNY dihadiri oleh mahasiswa berbagai jurusan di UNY.
Pada forum ini dihadirkan pembicara Wahyu Ardiyanta, (Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas Teknik UNY) dan Ahmad Syaiful Hidayat (Mahasiswa Pendidikan Geografi FIS UNY). Dalam pemaparannya Wahyu mengungkapkan, “Dalam pembangunan drainase harus melibatkan berbagai aspek baik dari segi ilmu dan keahlian dibutuhkan bidang Geologi, Teknik Sipil dan Perencanaan, bidang Geodesi, dan Sosial Ekonomi,” ungkap Wahyu dalam sesinya.
Wahyu menambahkan, drainase harus memperhatikan aspek dimensi drainase agar kapasitas menampung air cukup dan tidak menyebabkan penggenangan air ketika debit air hujan bertambah. Permasalahan drainase yang terjadi di UNY dan di Kota Yogyakarta, umumnya karena tidak sesuainya drainase dengan daya tampung air ketika hujan. Selain itu juga diperparah dengan menumpuknya sampah-sampah plastik yang menyumbat aliran drainase. Ketika hujan tiba menyebabkan air tidak tertampung oleh selokan. Hal ini mengakibatkan air meluap dan muara drainase harus sesuai dengan daya tampung dari berbagai arah aliran.
Sementara Ahmad memaparkan tentang berbagai sistem drainase dan solusi untuk kampus biru (UNY) agar tidak terjadi genangan air (overland flow). Menurutnya permasalahan banjir di sekitar UNY diakibatkan berbagai faktor, misalnya dari segi pembangunan drainase yang tidak memperhatikan bagaimana drainase yang baik itu. Drainase disebut baik jika terdapat pohon-pohon di sekitar muka aliran yang berfungsi sebagai penyerapan air. “Penggunaan lubang penyerapan (biopori) juga bisa sebagai alternatif yang diterapkan di gedung-gedung dan di pinggir jalan sebagai resapan air. Jadi, air hujan bisa diresap terlebih dahulu oleh biopori dan pencabangan aliran juga dapat membagikan distribusi ke berbagai aliran,” urai Ahmad.
Dari hasil forum diskusi ini diharapkan mahasiswa sebagai agent of change, mempunyai sikap kritis terhadap permasalahan lingkungan. Selain itu mahasiswa ikut andil dengan memberikan solusi-solusi untuk mengatasi banjir yang terjadi di Yogyakarta. Dari forum ini pula dapat disimpulkan bahwa, dalam suatu pembangunan harus memperhatikan masterplan induk yang berkelanjutan dan rancangan program jangka panjang. Permasalahan banjir di sekitar UNY dan Kota Yogyakarta bisa diatasi dengan adanya kerja sama dan partisipasi antara warga, instansi terkait, dan pemerintah. Semoga UNY menjadi pelopor green campus yang dapat memberikan manfaat yang baik terhadap lingkungan di sekitar. (kholiq)