Sebuah negara yang digdaya dan bangsa yang perkasa memiliki ciri tangguh ekonominya, memiliki angkatan bersenjata yang kuat dan olahraganya maju. Olahraga yang berorientasi pada pengembangan fisik merupakan proses penyiapan tubuh yang baik bagi bersemayamnya jiwa dan pikiran yang baik. Dikatakan oleh Presiden pertama RI, Soekarno, bahwa olahraga merupakan sarana yang ampuh untuk nation and character building.
Demikian diungkapkan oleh Prof. Dr. Djoko Pekik Irianto, M.Kes., AIFO dalam Seminar Nasional Olahraga di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Rabu, 27 November 2013. Lebih lanjut Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga RI tersebut menambahkan bahwa prestasi olahraga identik dengan identitas dan karakter bangsa. “Karakter adalah gambaran kualitas sistem nilai yang dianut seseorang yang dapat diamati melalui perbuatan atau perilaku” kata Prof. Dr. Djoko Pekik Irianto, M.Kes., AIFO.
“Karakter merupakan watak atau akhlak yang membedakan seseorang dan tidak pernah sama satu dengan yang lain serta cenderung sebagai aspek susila dan moral”. Menurutnya, olahraga paling signifikan untuk pengembangan karakter moral karena melalui olahraga terbuka akses yang luas untuk mengatur lingkungan yang optimal dalam mengakses berbagai dimensi dari moral karakter. Tiga unsur karakter yang penting adalah knowing the good, loving the good dan doing the good.
Seminar bertema olahraga sebagai wujud kemandirian mahasiswa Indonesia tersebut dilaksanakan dalam rangka Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas) ke XIII dan diikuti oleh 350 peserta dari perwakilan seluruh kontingen Pomnas, mahasiswa dan masyakarat.Dibuka oleh Rektor UNY Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA yang dalam sambutannya mengatakan bahwa Pomnas menjadi tempat pertemuan para atlet yang berbeda dengan Pekan Olahraga Nasonal (PON) karena karakter Pomnas yang sebagian besar datang dari masyarakat kampus, oleh karena itu seminar dalam Pomnas ini dilaksanakan untuk mengukuhkan eksistensi akademik dari para atlet yang mayoritas mahasiswa.
“Para dosen dan mahasiswa silakan sharing keahlian dalam seminar ini,” kata Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. “Jangan lupakan sportivitas, fairplay dan persahabatan dalam setiap pertandingan.” Menurut Ketua Panitia Seminar Nasional Olahraga, Suhadi, M.Pd., dalam rangkaian Pomnas selain kegiatan olahraga juga diadakan seminar sebagai unsur akademis yang berfungsi sebagai asih asah asuh agar bisa berkontribusi dalam perkembangan olahraga nasional.
Prof. Dr. Mulyana pengurus PP Bapomi dalam paparannya berjudul olahraga mahasiswa untuk dunia mengungkapkan bahwa olahraga adalah nasionalisme dan eksistensi bangsa, dan Bapomi sebagai organisasi olahraga yang melakukan pembinaan dan pengelolaan dalam mengembangkan potensi mahasiswa dalam bidang olahraga telah melakukan pembinaan, memfasilitasi, mengkoordinasi dan mempersiapkan mahasiswa untuk mengikuti event olahraga di tingkat nasional maupun internasional.
“Karya mahasiwa yang dipersembahkan untuk Indonesia salah satunya adalah perjuangan di kancah olahraga” kata Prof. Dr. Mulyana. Menurutnya, untuk meningkatkan prestasi mahasiwa dalam bidang olahraga telah dirintis kerjasama antara Kementerian Pemuda dan Olahraga, KONI dan lembaga tinggi olahraga. Sedangkan Kepala BPO (Balai Pemuda dan Olahraga)DIY Edi Wahyudi, M.Pd. mengemukakan bahwa olahraga tradisional merupakan budaya yang mampu mengendalikan diri, misalnya pada olahraga panahan tradisional atau jemparingan.
“Pada jemparingan, untuk dapat membidik sasaran dengan tepat, pemanah harus dapat berkonsentrasi dan mengesampingkan emosi” kata Edi Wahyudi, M.Pd. BPO DIY menurut rencana akan mengadakan festival olahraga tradisional pada tahun genap dan invitasi olehraga tradisional pada tahun ganjil. Olahraga yang dipertandingkan meliputi egrang dan terompah panjang untuk putra dan hadang/gobag sodor serta dagungan untuk peserta putri. (dedy)