Quantcast
Channel: Universitas Negeri Yogyakarta - Leading in Character Education
Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

NOKA GURU SM3T UNY DI MALINAU

$
0
0

Malinau merupakan salah satu kabupaten pemekaran dari kabupaten Tanjung Selor kurang lebih 13 tahun yang lalu. Sejak pemekaran, Kabupaten Malinau sudah menampakkan kemajuan yang cukup pesat terlebih untuk daerah-daerah di sekitaran kota atau yang masih bisa dijangkau dengan jalur darat. “Sempat saya ragu untuk menginjakkan kaki di Kalimantan, takut dengan penduduknya dan daerahnya yang masih banyak hutan-hutan sehingga dalam pikiran saya, saya akan ditempatkan di sekitaran hutan yang sulit dijangkau. Akan tetapi, pada kenyataanya apa yang saya alami tidak seekstrem yang saya pikirkan sebelumnya. Dan saya sangat bersyukur karena ditugaskan di tempat ini,” demikian kata Noka Setya Maharani, peserta SM3T UNY yang ditempatkan di SMA Negeri 4 Malinau.

SM-3T atau  Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal merupakan bagian dari program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia yang diprakarsai oleh Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam program ini, para sarjana pendidikan direkrut, dipersiapkan, dan diterjunkan di wilayah pengabdian. Selain mengajar, mereka juga melakukan kegiatan kemasyarakatan. “Mengajar di daerah 3T masih perlu sentuhan lebih untuk memajukan daerah, dan ini merupakan pengalaman yang tak terlupakan” katanya.

SMA Negeri 4 Malinau merupakan sekolah yang baru berdiri pada 18 Februari 2008. Sekolah yang baru berumur kurang lebih 5 tahun ini berada di Desa Lidung Kemenci, Kecamatan Mentarang sekitar 20 Km dari pusat kota Malinau. Dengan medan yang berbukit-bukit dan dibatasi hutan dan jurang di kanan kirinya, dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan umum hanya membutuhkan waktu 30 menit. Dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari pusat kota ini, tentunya menguntungkan SMA Negeri 4 Malinau untuk lebih bisa mengepakkan sayapnya minimal di tingkat Kabupaten Malinau sendiri. Hal ini dibuktikan dengan eksistensi SMA Negeri 4 Malinau yang terhitung masih seumur jagung, tetapi pretasi yang diperolehnya cukup bisa diperhitungkan. Hal ini ditunjukkan dengan keikutsertaan beberapa dari mereka dalam event besar Olimpiade Sains Nasional (OSN).

Tahun ini, Kabupaten Malinau juga mengadakan seleksi tingkat Kabupaten guna mengikuti OSN yang memang menjadi agenda tahunan. SMA Negeri 4 Malinau tak mau ketinggalan untuk ikut berpartisipasi. “Saya yang memang basic studinya Pendidikan Matematika, pada event ini diminta untuk membimbing anak yang akan bertarung di seleksi OSN tingkat kabupaten bidang studi Matematika” kata Noka. “Antara bangga, senang, bingung bercampur menjadi satu. Bangga dan senang karena diberikan kepercayaan untuk membimbing anak-anak dan itu artinya saya diberikan kesempatan lebih untuk belajar dan memahami karakter anak sini lebih jauh.”

Namun dibalik itu, juga ada kisah yang membuat miris, yaitu ketika dia mengajar matematika, baik di kelas X, XI, maupun XII. Alumni Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY tersebut menemukan bahwa sebagian besar mereka ternyata mempunyai kemampuan perhitungan yang masih kurang. Perhitungan penjumlahan, pengurangan, pembagian, ataupun perkalian yang sedianya sudah harus dikuasai mereka sejak mereka duduk di bangku SD ternyata sampai SMA ibarat berjalan tertatih-tatih.

“Akhirnya dalam pembelajaran seringkali saya menghabiskan waktu mengajar hanya untuk membantu mereka berhitung,” kata Noka. “Saya pikir percuma juga kalau pelajarannya sudah sampai jauh tapi berhitung saja masih susah. Untuk penjumlahan dan pengurangan terkadang saya gunakan garis bilangan yang sedianya diajarkan untuk anak SD.”

Butuh kesabaran ekstra untuk mengajar anak-anak di sini. Dalam pembelajaran yang memang benar-benar paham dengan apa yang disampaikan guru hanya sebagian kecil saja, sedang yang lainnya harus dipancing lebih agar mereka paham terhadap apa yang ingin disampaikan. Seringkali warga Semanten, Pacitan ini harus keliling menjelaskan satu per satu dari bangku-bangku dengan harapan semua siswa akan paham. Tetapi tidak semua siswa seperti itu. Masih ada sebagian siswa yang memang peduli dengan pendidikan dan serius dalam belajar. Bahkan ada beberapa siswa yang rela belajar dan bertanya pada saat istirahat jika memang belum memahami apa yang disampaikan guru.

“Saya yakin, ketika mereka diberikan motivasi dan diberikan wawasan pentingnya pendidikan secara kontinyu dan diberikan pengarah dan suri tauladan yang baik oleh guru, cepat atau lambat budaya menyepelekan pendidikan akan terkikis juga,” tutup Noka Setya Maharani. (dedy)

Label Berita: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

Trending Articles