Kelapa merupakan salah satu flora yang tumbuh dengan baik di wilayah Indonesia. Kelapa banyak digunakan dalam bidang industri walau baru sebatas buah kelapa dan batangnya. Masyarakat kebanyakan memanfaatkan buah kelapa hanya pada daging dan airnya, namun pemanfaatan limbah kelapa masih belum banyak untuk tujuan komersial. Bagian lain dari buah kelapa yang tidak termanfaatkan tersebut adalah serabut, kopeng, dan batok kelapa. Ketiga bagian tersebut tidak dimanfaatkan secara optimal, justru malah menimbulkan sampah.
Lely Suci Rahmawati, Hesti Sulistyani, dan Maryanto dari Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta menghadirkan inovasi pemanfaatan serabut, kopeng, dan batok kelapa menjadi bunga kering sebagai salah satu solusi dalam menciptakan nilai jual serabut, kopeng, dan batok kepala yang menjadi sampah tersebut untuk menopang perekonomian melalui industri. Menurut Lely Suci Rahmawati, produk kreatif berupa bunga kering dari serabut, kopeng, dan batok kelapa tersebut dapat dijadikan alternatif hiasan yang cantik dan menarik untuk penghias ruangan.
”Selain itu, produk ini dapat mengangkat potensi sumber daya alam yang belum optimal dimanfaatkan dan menjadi unit usaha berkelanjutan sebagai modal dasar dalam berwirausaha,” kata Lely. Ditambahkan oleh Hesti Sulistyani bahwa serabut, kopeng, dan batok kelapa mudah didapat bahkan cenderung melimpah dan tidak dimanfaatkan oleh masyarakat. Dengan modal investasi yang tidak terlalu besar, dapat diusahakan sebagai usaha sampingan ataupun ditekuni sebagai mata pencaharian pokok.
Cara membuatnya cukup sederhana, langkah awal adalah membuat pola seperti pola mahkota bunga untuk batok kelapa menggunakan pensil, penghapus, dan kertas karton. Kemudian batok kelapa dipotong sesuai dengan pola menggunakan gergaji besi lalu dihaluskan menggunakan amplas. Lubangi bagian ujung batok kelapa menggunakan solder, lalu batok-batok kelapa dikaitkan menggunakan benang dan lem menjadi mahkota bunga dan divernis.
Sementara itu, pisahkan serabut kelapa dengan kulitnya dengan cara dipukul-pukul menggunakan martil dan dipisahkan menggunakan pisau, lalu dibentuk menjadi kelopak-kelopak bunga kemudian dikaitkan-kaitkan menggunakan benang dan disatukan menjadi mahkota bunga. Balut kawat menggunakan pelepah pisang yang sudah kering sebagai batang dengan melekatkannya dengan menggunakan lem. Lalu satukan kopeng dan mahkota bunga yang sudah dibuat dengan kawat tersebut.
Putik bunga dibuat dari biji salak yang dibalut dengan lem dan ditaburi pasir putih, namun putik bunga juga dapat dibuat dari bunga pinus sebagai variasi jenis bunganya. Tahap terakhir yaitu menyatukan putik dengan kawat yang dibalut pelepah pisang yang sudah dibuat. Dan bunga kering siap dipasarkan. (dedy)