Mahasiswa FMIPA UNY, Istirani Agusti, Al Dina Khoerunisa NM, dan Dewi Cahyaningsih, berinovasi dengan melakukan uji efektivitas elektrolisis air hujan untuk mengurangi risiko banjir dan pembakaran gas hidrogen untuk mengurangi kekeringan. Istirani mengatakan, “Hujan terus menerus dapat menyebabkan banjir. Apalagi di negeri tercinta kita ini yang mempunyai dua musim yang silih berganti setiap 6 bulan yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Saat musim penghujan, hujan yang terus menerus dapat menyebabkan banjir dan saat musim kemarau, dapat juga menyebabkan kekeringan yang cukup parah. Air hujan dapat dielektrolisis menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen dengan volume tertentu.”
Pada elektrolisis yang menghasilkan gas H2 dan O2, menurut Istirani, ternyata timbulnya kedua gas ini baru dimulai setelah E lebih besar dari 1,7 volt. Hidrogen yang sangat murni (99.9%), tetapi sangat mahal, diperoleh dengan cara elektrolisis air. Selain itu, hidrogen juga dapat terbakar dalam oksigen membentuk air dan menghasilkan energi. Dari hal tersebut, maka dapat dilakukan uji efektivitas elektrolisis air hujan untuk mengurangi risiko banjir dan pembakaran gas hidrogen untuk mengurangi kekeringan.
“Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas elektrolisis air hujan untuk mengurangi resiko banjir dan efektivitas pembakaran gas hidrogen untuk mengurangi resiko kekeringan,” lanjut Rani.
Hasil analisis kurang memuaskan, jelas Dina sebagai anggota tim, karena volume gas yang dihasilkan tidak terdeteksi manometer yang disebabkan oleh tekanan tabung yang terlalu kecil. Dengan demikian, pembakaran gas hidrogen tidak dapat ditindaklanjuti karena gas yang dihasilkan memiliki volume yang sangat kecil.
“Akan tetapi, untuk menindaklanjuti penelitian ini, kami hanya menghitung jumlah gelembung gas yang dihasilkan dari ketiga arus yang diujicobakan yaitu 5,7 dan 10 A dengan tegangan 12 volt dan waktu elektrolisis selama 1 jam. Pada arus 5 A dihasilkan 36 gelembung untuk gas oksigen dan 294 gelembung untuk gas hidrogen, pada 7 A dihasilkan gelembung untuk 42 gas oksigen dan 621 gelembung untuk gas hidrogen, dan pada 10 A dihasilkan 54 gelembung untuk gas oksigen dan 4112 gelembung untuk gas hidrogen, dengan efektivitas masing-masing arus secara berurutan yaitu 2,12%, 2,2%, dan 3%.”
Anggota tim lainnya, Dewi menyimpulkan bahwa semakin besar arus, maka volume gas yang dihasilkan semakin besar. Akan tetapi, untuk pembakaran gas hidrogen dapat ditindaklanjuti untuk penelitian selanjutnya. Pembakaran dapat dilakukan dengan mengukur banyaknya gas oksigen dan gas hidrogen yang telah dihasilkan dari proses elektrolisis untuk direaksikan dengan perbandingan hidrogen : oksigen yakni sebesar 1: 8.