Quantcast
Channel: Universitas Negeri Yogyakarta - Leading in Character Education
Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

PAKAR PENDIDIKAN IZUMI NISHITANI BICARA TENTANG LESSON STUDY DI UNY

$
0
0

Pakar Pendidikan, Prof. Izumi Nishitani, dari Faculty of Education, Gunma University, Jepang memberikan pemaparan tentang Lesson Study (LS) pada acara Workshop Lesson Study di FMIPA UNY, Jumat (26/12/2012). Workshop diikuti oleh seluruh dosen di FMIPA.

Pada pemaparannya, Izumi mengatakan ada beberapa poin baik pembelajaran di Indonesia, di antaranya: banyak guru yang berharap dapat meningkatkan kemampuan mengajarnya; kebanyakan siswa ramah dan mengikuti dirinya; anak-anak, orangtua, dan masyarakat menghargai guru; serta lama mengajar di sekolah.

Sementara kendala yang dihadapi adalah: guru dan anak bergantung kepada buku teks dan LKS; kurangnya penemuan dan eksplorasi di dalam pembelajaran; siswa diminta menghafalkan kemudian mengingat rumus dan menggunakannya; menulis di papan tulis; cara siswa membuat catatan; pelajaran terlalu panjang (80 menit).

“Di Indonesia, sebagian besar pembelajarannya adalah mengingat/menghafal. Yang menjadi permasalahan guru-guru saat ini adalah ujian nasional dan buku-buku yang sangat tebal serta syarat muatan yang harus disampaikan kepada siswa dan kemudian di akhir tahun pembelajaran ada ujian nasional. Jadi, siswa dan guru kejar-kejaran untuk menyelesaikan targetnya,” katanya.

Yang terjadi dalam pembelajaran sehari-hari adalah guru mengajar siswa menghafal secara terus menerus, dan  habis ujian lupa semua, karena ujian sudah selesai. Jepang juga sudah pernah mengalami kondisi seperti ini di mana guru mengajar dan siswa menghafal. Tapi kemudian sedikit demi sedikit fenomena ini bisa berubah menjadi lebih baik.

Izumi menceritakan, di Finlandia banyak terdapat sekolah terpadu yaitu SD dan SMP menjadi satu. Fasilitasnya sangat menunjang, di antaranya papan tulis elektrik. Jumlah siswanya tidak seperti di Indonesia yang rata-rata 30 atau 40. Di sana siswa per kelas sangat sedikit. Indonesia dan Jepang hampir sama muridnya: banyak.

Di Indonesia dan Jepang ruang guru biasanya satu meja satu guru. Tapi di Helsinki berbeda, yaitu seperti ruang tamu. Ketika datang boleh duduk di situ tetapi ketika mengajar tempat duduk itu boleh ditempati guru lain yang sedang tidak mengajar.  Yang hampir sama antara di Finlandia dan Indonesia adalah guru setelah mengajar lalu pulang. Tapi di Jepang, guru-guru tetap di sekolah sampai larut untuk mempersiapkan materi besok pagi sehingga persiapan materinya benar-benar matang.

“Finlandia negara kecil, populasi tidak banyak, sumberdaya alam tidak ada, tapi fokus pada pendidikan. Dengan pendidikan yang tinggi maka bisa bersaing di dunia global. Mulai dari SD sampai universitas pendidikannya gratis. Alat tulis dan makan siang disiapkan sekolah. Pendidikan bisa gratis karena berasal dari pajak yang sangat tinggi. Pajak tersebut dialokasikan untuk pendidikan. (witono)

Label Berita: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

Trending Articles