Kebanyakan para pendidik masih berpendapat bahwa pendidikan jasmani hanya untuk menjaga kesehatan, belum sampai pada peran pendidikan jasmani dalam menunjang pemberian stimulasi pengembangan kecerdasan anak. Oleh karena itu, proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah baru diorientasikan untuk melaksanakan kurikulum dan belum menyentuh pada pemberian stimulan dalam mengembangkan kecerdasan melalui media gerak. Kondisi ini memberikan peluang bagi pendidikan jasmani hanya sebagai pelengkap pendidikan, sehingga memberikan kesan bahwa anak yang pandai olahraga akan mengalami hambatan di bidang kognitif. Demikian papar Dr. Panggung Sutapa dalam Ujian Terbuka dan Promosi Doktor yang digelar pada Selasa (23/7/2013) di Aula PPs UNY.
Dr. Panggung yang juga dosen di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNY tersebut menambahkan bahwa kegiatan belajar sambil bermain menjadi bagian pokok dalam proses pembelajaran khususnya pada anak usia prasekolah. “Untuk itu perlu mendapatkan perhatian bagi pendidik agar dapat mengemas materi sedemikian rupa sehingga dapat terkesan sebagai hiburan yang menarik dan menyenangkan,” lanjutnya.
Penelitian disertasi yang dipromotori oleh Prof. Dr. Sukadiyanto (Promotor) dan Dr. dr. B.M. Wara Kushartanti (Co Promotor) tersebut bertujuan untuk menghasilkan model pembelajaran pendidikan jasmani untuk anak prasekolah yang berbasis kinestetik. Model ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengkayaan model pembelajaran pendidikan jasmani dan dapat digunakan untuk mengadakan perlombaan akhir tahunan bagi peserta didik khususnya untuk anak prasekolah. Model pembelajaran ini dikemas secara sirkuit, sehingga dapat dilombakan baik secara individu maupun secara beregu dan bahkan dapat dilombakan antargugus secara menarik dan menyenangkan.
Penelitian disertasi yang diberi judul “Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Berbasis Kinestetik untuk Anak Prasekolah” tersebut menghasilkan model pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kinestetik yang didokumentasikan dalam CD dan buku petunjuk pelaksanaan pembelajaran. Model pembelajaran ini terbagi ke dalam 9 pos yaitu, berjalan di atas balok titian, lompat gawang, memindahkan tongkat estafet, melempar dengan bola pada sasaran, menendang bola ke gawang, menyusun balok berangka, merangkak dalam terowongan, merayap di bawah tali laba-laba, dan memanjat tali. Kesemua item dalam pos tersebut dikemas dalam bentuk satu rangkaian kegiatan.
Pada akhir penelitian dilakukan uji kemanfaatan model dengan dieksperimenkan. Hasil eksperimen minggu pertama dan kedua belum menunjukkan adanya kemanfaatan yang signifikan terhadap peningkatan kecerdasan majemuk peserta didik dan setelah minggu ketiga dan keempat baru terjadi peningkatan secara signifikan. Secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran yang dibuat sangat menarik, menyenangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik sehingga dapat digunakan sebagai cara mengajar pendidikan jasmani serta sangat efektif untuk menstimulasi kecerdasan majemuk.
Berkat temuannya tersebut, Dr. Panggung Sutapa berhak menyandang gelar doktor ke-183 di PPs UNY dan doktor ke-20 di Prodi IP dengan hasil Sangat Memuaskan. (Sinta)