Kecantikan adalah salah satu hal yang diidamkan oleh para wanita, salah satunya adalah kecantikan kulit. Salah satu sediaan kosmetik yang digunakan untuk membersihkan dan menjaga kesehatan kulit adalah lulur. Lulur biasanya mengandung scrub yang berguna untuk mengangkat kotoran serta bahan-bahan lainnya yang difungsikan untuk menghaluskan, memutihkan, mencerahkan, dan menyehatkan kulit.
Dari hal tersebut mahasiswa tim PKM Penelitian UNY yaitu Haryani dari Prodi Kimia, Revi Yanuarti dari Prodi Pendidikan Kimia, dan Ibnul Fadli dari Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia melakukan penelitian dengan judul “Analisis Antioksidan pada Sediaan Lulur Kering dan Basah Berbahan Dasar Rimpang Temugiring (Curcuma Heyneana) Sebagai Alternatif Lulur Alam”..
Revi mengatakan beberapa kandungan dalam temugiring seperti flavonoida, saponin, dan kurkumin berpotensi sebagai antioksidan. Dengan kadar antioksidan yang tinggi, rimpang temugiring dapat diandalkan sebagai penetral radikal bebas dan mengurangi kerusakan sel dalam tubuh.
Lulur sediaan basah dibuat dengan menggiling temugiring segar yang telah bersih untuk selanjutnya diambil filtratnya, didiamkan beberapa saat sampai patinya mengendap. Pati kemudian dipisahkan dari filtratnya sebagai bahan pembuatan lulur. Komposisi yang digunakan untuk pembuatan lulur adalah sebagai berikut: pati temugiring : pati kunyit : tepung bengkoang : tepung beras : rempah-rempah = 2 kg : 0,1 kg : 1 kg : 1 kg : 0,5 kg.
Pembuatan lulur temugiring sediaan kering dimulai dengan mengupas bahan, mencuci hingga bersih, dikeringkan, dan digiling. Selanjutnya ditambahkan bahan pendukung lain dengan perbandingan sebagai berikut: serbuk temugiring : serbuk kunyit : tepung bengkoang : tepung beras = 2 kg : 0,1 kg : 1 kg :1 kg.
Temugiring berfungsi sebagai sumber utama antioksidan, kunyit sebagai pewarna alami, tepung beras sebagai butiran scrub, sedangkan tepung bengkoang berfunsi sebagai pemutih alami kulit.
“Dari hasil uji antioksidan dengan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) di laboratorium menunjukkan aktivitas antioksidan lulur sediaan kering sebesar 72,7322% dan lulur temugiring sediaan basah sebesar 47,2136 %. Hasil ini jauh melampaui salah satu produk sejenis yang beredar di pasaran yang hanya menunjukkan angka 29,6439 %. Semakin tinggi kemampuan suatu senyawa untuk meredam DPPH, semakin tinggi pula kemampuan senyawa tersebut sebagai antioksidan atau antiradikal bebas,” kata dia.
Uji organoleptik, tambah Revi, juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap lulur. Dari hasil uji organoleptik lulur temugiring sediaan basah lebih disukai karena tersedia dalam bentuk pasta yang mudah digunakan, lebih beraroma khas, tekstur halus, dan lebih nyaman saat digunakan. Lulur temugiring dalam sediaan kering kurang disukai karena harus melarutkan dulu sebelum digunakan. (witono)