Kolaborasi seni teater, musik, dan tari yang dipentaskan oleh Regenbogen, Käse, dan Schmetterling dalam kemasan drama musikal menjadi inti dalam acara puncak HUT Bund der Deutsch Studenten (BDS) ke-11. Acara ini diselenggarakan Sabtu (6/4/2013) lalu di Lab. Karawitan C14 FBS UNY. Sebelumnya, berbagai perlombaan telah dilaksanakan dalam rangkaian HUT BDS selama dua minggu. Lomba tersebut di antaranya yaitu lomba BDS Liga, Landeskunde atau pengetahuan tentang negara Jerman, Koctwettbewerb atau lomba memasak, Buchstabieren atau mengeja, Mode-Design, Klasse-Fotografieren, serta Ranking 1.
Ulang tahun ke-11 BDS ini mengusung tema Manschaft yang berarti kesebelasan. Untuk memperkuat tema ini, para panitia mengenakan jersey kesebelasan Jerman dengan berbagai atribut yang melengkapinya. Dengan tema ini diharapkan mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman dapat memiliki semangat dan kedisiplinan yang identik dengan kesebelasan Jerman. Akan tetapi, hal tersebut bukan berarti memudarkan kebanggaan kita terhadap bangsa Indonesia. Ketua BDS, Alek Kurniawan, dalam pidatonya mengatakan, “Itu bukan berarti bahwa kita tidak memiliki rasa nasionalisme terhadap Indonesia, karena nasionalisme itu ada di dalam hati dan tidak terlihat.”
Malam puncak dibuka secara resmi oleh Kun Setyaning Astuti selaku Wakil Dekan III FBS UNY pada pukul 19.30. Acara dilanjutkan dengan penampilan Titis dan Sanpras dari Stand Up Comedy UNY yang mengundang gelak tawa penonton. Kemudian, EDSAkustik membawakan lagu I Don’t Love You dan She Will Be Love disambung dengan penampilan HIMA Jawa yang mementaskan lagu Jaranan dan Padang Bulan dengan gamelan. Setelah penampilan-penampilan bintang tamu tersebut, drama musikal sebagai acara utama malam tersebut dipentaskan.
Sesuai dengan tema yang diangkat dalam HUT BDS ini, drama musikal kolaborasi tersebut pun bercerita tak jauh tentang kesebelasan. Judul drama ini adalah Elf Dinge für Ein Tor yang berarti sebelas hal untuk satu gol. Marco, si pemeran utama, adalah pemain sepak bola. Suatu hari, ketika ia sedang berlatih sepak bola, terjadi hal yang aneh sehingga ia pun pingsan. Dalam ketidaksadarannya ia bertemu dengan seorang peri hutan. Peri itu membimbing Marco melewati sebelas dongeng berbeda yang memberinya banyak pelajaran tentang kehidupan. Ketika terbangun, Marco menyadari tujuan hidupnya dan langsung menendang bola ke arah gawang. Karena pelajaran-pelajaran hidup tersebut, Marco akhirnya mampu merebut gelar juara dalam sepak bola.
Selain pementasan-pementasan, baik oleh bintang tamu maupun dari BDS sendiri, pada malam puncak ini diumumkan pula pemenang dari setiap lomba yang telah dilaksanakan. Pengumuman sekaligus dilanjutkan dengan pembagian hadiah kepada para pemenang. Rangkaian acara malam puncak ini ditutup dengan penampilan akustik MISBAH dari HIMA PBSI dan keroncong dari HIMASIK yang membawa nuansa budaya Indonesia.
“Acaranya bagus. Menggabungkan seni-budaya Jerman dan Indonesia. Kreatif dan menarik!” komentar Sinta yang hadir dalam malam puncak tersebut.