Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri yang proses limbahnya masih sering dipermasalahkan dan mempunyai konsekuensi dapat mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya baik melalui air, tanah, maupun udara. Limbah cair dari industri tersebut mengandung logam berat, seperti kromium (Cr). Limbah Cr berasal dari pembuangan larutan cromosol B dari proses tanning (penyamakan). Limbah Cr ini memiliki valensi 6 yang mempunyai sifat karsinogenik jika terakumulasi dalam tubuh dan sangat beracun.
Jika hal ini dibiarkan, limbah cair tersebut akan mencemari sungai ataupun meresap ke tanah sehingga mempengaruhi kualitas air sumur warga. Cr merupakan logam berat yang tidak dapat terurai secara alami, maka akan sangat berbahaya bagi manusia.
Berdasar hal tersebut, mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY yang terdiri atas Dwi Hartanti, Sabti Yunia Firdausi, dan Lia Yuniarti melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Daun Pandan Laut (Pandanus tectorius) sebagai Adsorben Logam Cr pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit”.
Ketua tim, Dwi Hartanti, mengatakan bahwa salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan adsorben untuk logam berat. Adsorben yang dapat dipakai adalah daun pandan laut. Selulosa pada tanaman ini merupakan senyawa organik yang mengandung gugus -OH yang terikat ini dapat berinteraksi dengan komponen adsorbat melalui mekanisme pertukaran ion. Adsorben ini selain mudah dibuat juga murah karena bahan-bahannya mudah didapat. Daun pandan laut merupakan varietas daun pandan yang tumbuh di sekitar pantai. Daun ini biasanya dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat kerajinan. Tetapi daun ini juga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai adsorben, untuk logam Cr (VI) dari limbah penyamakan kulit.
Pembuatan adsorben daun pandan laut dimulai dengan memetik daun pandan laut yang sudah tua. Cuci daun pandan laut dengan air sampai bersih lalu dikeringkan dengan oven pada suhu 900C hingga massanya konstan, kemudian dihaluskan dengan blender. Langkah selanjutnya yaitu mengayak serbuk daun pandan laut yang telah dihaluskan sehingga diperoleh ukuran partikel yang identik. Setelah itu dilanjutkan dengan memasukkan 20 gram serbuk daun pandan laut pada gelas beker. Kemudian mengaktivasi serbuk tersebut dengan NaOH 0,5 M sebanyak 60ml selama 24 jam.
Langkah berikut adalah mencuci dengan air hingga air cucian netral dan dikeringkan dalam oven suhu 100oC selama 3 jam; dilanjutkan dengan mengayak biaoadsorber daun pandan laut dengan ayakan agar diperoleh ukuran partikel yang identik. Tindakan selanjutnya adalah mengkarakterisasi adsorben dari daun pandan laut, menentuan daya serap terhadap logam Cr pada simulasi limbah cair industri penyamakan kulit.
“Keunggulan pemakaian adsorben daun pandan laut (pandanus tectorius) untuk mengolah limbah cair industri penyamakan kulit ini adalah pemanfaatan bahan alam yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Selama ini daun pandan laut hanya dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan tikar. Padahal daun ini memiliki potensi yang besar untuk dijadikan sebagai adsorben,” lanjut Dwi.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa adsorben daun pandan laut memiliki kadar air 9,3%. Adsorbsi optimum diperoleh pada waktu kontak 12 jam dengan daya adsorbsi 0,14889 mg/g. Kenaikan waktu kontak menurunkan daya adsorbsi. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat dipakai untuk mengolah limbah cair industri penyamakan kulit. (witono)