Kerjasama UNY dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) telah direalisasikan. Senin (17/11/2014), Drs. Wardan Suyanto, Ed.D., Wakil Rektor I Universitas Negeri Yogyakarta membuka secara resmi Pelatihan Bahasa Inggris bagi Penerima Beasiswa Afirmasi LPDP Angkatan I (2014-2015) di Pusat Pengembangan Bahasa (P2B) UNY. Pelatihan tersebut merupakan persiapan mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya melalui fokus persiapan tes IELTS.
Hasil dari tes IELTS tersebut nantinya akan dipergunakan untuk mendaftar ke perguruan tinggi di luar negeri. Setelah hasil yang diharapkan tercapai, barulah penerima beasiswa tersebut dapat diberangkatkan. Dari daerah 3T penerima besiswa afirmasi, kebanyakan penerima beasiswa berasal dari Papua, NTT, dan Maluku.
Drs. Wardan Suyanto, Ed.D. juga berbagi pengalaman ketika belajar bahasa Inggris dan mempersiapkan diri untuk masuk ke salah satu perguruan tinggi terkemuka di Amerika.
Abdul Kahar, Direktur Dana Kegiatan Pendidikan, mengemukakan latar belakang penyelenggaraan beasiswa afirmasi. “Tahun pertama LPDP memberangkatkan penerima beasiswa untuk kuliah di luar negeri, 93 persennya berasal dari 5 provinsi utama di pulau Jawa. Hanya 7 persen untuk mewakili 28 provinsi yang tersisa. Hal itu tidaklah mencerminkan pemerataan pendidikan di Indonesia.”
“Pelatihan ini diberikan kepada penerima beasiswa afirmasi dari daerah 3T di Indonesia. Tentu saja akan sulit bagi mereka untuk langsung bersaing secara kompetitif penuh dengan pelamar beasiswa reguler lainnya karena akses yang terbatas. Mereka dipilih terutama karena keinginan mereka yang kuat untuk belajar. Inilah kesempatan mereka untuk mengasah kemampuan bahasa Inggris mereka,” tandasnya.
Setelah pembukaan beasiswa ini, mahasiswa dari Papua sudah menduduki peringkat kelima nasional dalam jumlah pelamar.
“Terdaftar 30 penerima beasiswa afirmasi yang mengikuti pelatihan bahasa Inggris di UNY,” ungkap Joko Priyana, Ph.D., Kepala Pusat Pengembangan Bahasa (P2B) UNY. “Selama 6 bulan, peserta pelatihan akan mengikuti tiga term pelatihan. Diantara term, peserta akan mendapatkan jeda selama satu minggu untuk persiapan progress test dan tes IELTS nantinya,” lanjutnya.
Pelatihan bahasa Inggris ini bersifat intensif, yakni 6 hari dalam seminggu. Peserta akan mengikuti kelas dari pagi sampai sore kemudian dilanjutkan dengan belajar mandiri di lab bahasa Independent Language Learning Center (ILLC) P2B. Selain belajar bahasa, peserta juga akan mengikuti kelas Cross Cultural Understanding yang bertujuan memberikan pemahaman budaya negara tujuan studi. Biaya kursus sepenuhnya ditanggung oleh LPDP dan biaya hidup selama pelatihan ini juga diberikan kepada penerima beasiswa. (Yuliana)