Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, baik flora maupun fauna. Salah satu fauna yang memilki keanekaragaman jenis terbanyak yang ada di Indonesia adalah ikan. Di Indonesia banyak dilakukan pembudidayaan ikan air tawar, yaitu ikan lele, karena ikan lele menduduki peringkat kedua produksi ikan air tawar yang akan digiatkan pembudidayaannya oleh Direktorat Perikanan. Pemerintah Indonesia juga menargetkan pembudidayaan ikan air tawar untuk ditingkatkan agar produksi ikan air tawar dapat meningkat sehingga tingkat konsumsi ikan air tawar juga meningkat.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ikan lele adalah optimasi pertumbuhan ikan lele saat budidaya. Ikan lele terbukti memberikan respon positif terhadap bunyi dengan frekuensi tertentu.
Dari hal tersebut mahasiswa FMIPA UNY yang berjumlah lima orang yang terdiri dari Anggun Andreyani, Dixy Dhyanti Prillyaning Saraswati, Rini Kusuma Astuti, Azhar Nasih Ulwan, dan Putri Dwi Rizki melakukan sebuah penelitian untuk mengetahui pengaruh frekuensi bunyi terhadap pertumbuhan ikan lele dumbo (Clarias batrachus). Selain mengidentifikasi pengaruh frekuensi bunyi, tim peneliti tersebut juga mencari frekuensi bunyi yang paling optimal dalam mempercepat pertumbuhan ikan lele.
Anggun selaku ketua tim menjelaskan bahwa penelitian dilakukan dengan menggunakan lele yang berusia 2 bulan atau memiliki panjang dengan kisaran 7—10 cm. Lele tersebut selanjutnya diaklimatisasi selama 3 hari dan dikelompokkan ke dalam 4 kelompok. Tiga kelompok diberi perlakuan dengan pemberian frekuensi bunyi dari 5 KHz–10 KHz. Sementara satu kelompok lainnya diberikan kontrol negatif. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan ikan lele positif lebih cepat dibandingkan ikan lele yang tidak diberikan frekunsi bunyi. Frekuensi paling optimal ditunjukkan pada pemberian frekuensi 7.5 KHz. (witono)