Quantcast
Channel: Universitas Negeri Yogyakarta - Leading in Character Education
Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

CERMIN ARTIKULASI PORTABEL BAGI TUNARUNGU

$
0
0

Bahasa merupakan kunci yang penting dalam interaksi. Kelancaran kegiatan disebabkan juga karena bagusnya interaksi dengan orang lain selain karena bahasa sebagai bagian dari kesatuan bersosial. Dampak dari penggunaan bahasa yang baik akan mempermudah seseorang mencapai tujuannya. Namun, bagi seseorang yang memiliki kemampuan berbahasa yang lemah akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan apa yang menjadi tujuannya sekaligus akan mengalami kesulitan dalam merespon pembicaraan seseorang kepadanya. Seperti halnya tunarungu yang mengalami kemampuan kebahasaan yang lemah. Tunarungu merupakan kelainan pada pendengaran yang berdampak kesulitan menerima respon suara atau bahkan tidak ada kemampuan untuk itu. Akibat dari hilangnya kemampuan pendengaran adalah kemampuan komunikasinya sangat lemah. Walaupun tunarungu tidak mengalami hambatan mobilitas namun akan mengalami hambatan dalam menghayati keadaan lingkungan sekitarnya.

Komunikasi yang sering digunakan anak tunarungu adalah komunikasi dengan mengandalkan penglihatan, salah satunya bahasa mimik. Bahasa mimik ini terpusat pada ekspresi wajah dan gerakan bibir yang jelas saat mengucapkan. Untuk memudahkan anak tunarungu berlatih mengucapkan dengan artikulasi yang jelas perlu bantuan sebuah media yaitu cermin. Alasan menggunakan cermin adalah mempermudah anak tunarungu melihat mulutnya sendiri, karena anak tunarungu perlu mengetahui gerakan bibir yang bagus agar dapat berkomunikasi dengan baik. Ketika anak tunarungu berlatih tanpa cermin maka tidak akan tahu bagaimana gerakan bibirnya yang baik ataupun tidak.

Keterbatasan komunikasi tunarungu ini membuat sekelompok mahasiswa UNY yang tergabung dalam UKM Penelitian yaitu Erbi Bunyanuddin dari Prodi Pendidikan Luar Biasa FIP,  Rahayu Rizky Prathamie dari Prodi Pendidikan Bahasa Perancis FBS, Doni Bowo Nugroho dari Prodi Pendidikan Fisika FMIPA, serta Muhammad Nur Huda dan Rizki Juninato dari Prodi Pendidikan Elektro FT mengembangkan cermin artikulasi yang portabel bagi anak tunarungu. Media tersebut diberi nama Portable Articulation Mirror (PAM) yang berukuran sebesar kertas HVS kuarto A4.

Media ini merupakan pengembangan media cermin artikulasi yang sudah ada di sekolah luar biasa, karena cermin artikulasi yang tersedia berukuran cukup besar dengan ukuran meja 100 cm x 50 cm x 80 cm ditambah cermin berukuran 100 cm x 50 cm. Menurut Erbi Bunyanuddin ada dua bahasa yang biasanya digunakan bagi tunarungu, yaitu bahasa mimik dan bahasa isyarat. “Namun penerapan bahasa mimik perlu latihan yang lama dan pembiasaan agar dalam penggunaan bahasa mimik menjadi fasih,” kata Erbi Bunyanuddin. “Oleh karena itu, perlu solusi yang ringan, fleksibel, dan dapat digunakan sendirian, yaitu media latihan bahasa mimik.”

Rahayu Rizky Prathamie menambahkan bahwa Portable Articulation Mirror karya mereka berukuran ringkas setara kertas HVS ditambah fitur penunjang seperti lampu indikator keras suara, speaker, microphone, baterai yang dapat ditambah dayanya. “Ini semakin memudahkan melatih bahasa mimik pada anak tunarungu di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja,” kata Rahayu Rizky Prathamie. “Setiap orang tua yang ingin meningkatkan kemampuan komunikasi anak tunarungu dapat melakukan di rumah, tidak hanya oleh guru di sekolah.”

Mekanisme kerja Portable Articulation Mirror (PAM) ini dijelaskan Doni Bowo Nugroho. Posisi PAM horizontal dengan saklar power di atas sejajar dengan mata pengguna, kemudian PAM dihidupkan dengan menekan saklar power dari off ke on. Hubungkan jackmicrophone pada port microphone dan atur volume, balance, treble, dan bass sesuai dengan yang dibutuhkan.

“Pendamping duduk di sebelah kiri murid,” kata Doni Bowo Nugroho. Sementara jarak cermin dengan pengguna disesuaikan antara 35 cm – 55 cm sehingga pendamping dan murid dapat saling melihat mulut masing-masing melalui PAM. Lanjutnya, pendamping memegang microphone dan memberikan contoh mengucapkan huruf atau kata dengan artikulasi yang benar. Posisikan microphone agar tidak menutupi pandangan murid untuk melihat mulut pendamping.

“Pada PAM ini murid dilatih untuk mengeluarkan suara di mana indikator akan menyala jika terdapat suara” ujarnya. Kemudian murid memegang microphone dan melakukan pengucapan huruf atau kata sesuai yang diucapkan oleh pendamping.

Media PAM ini telah dikalibrasi dan menurut hasil uji ahli artikulasi, media ini sudah dinilai baik. PAM telah diujicobakan pada anak tunarungu di SLB Karnna Manohara Condongcatur Yogyakarta. Dan hasil uji coba menunjukkan kemampuan bahasa mimik anak tunarungu tersebut dapat meningkat. Penelitian ini dibimbing oleh dosen Prodi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan UNY, Sukinah, M.Pd. (dedy)

Label Berita: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

Trending Articles