Menjadi mahasiswa Bidik Misi adalah sebuah anugerah yang patut disyukuri namun hendaknya rasa syukur itu disempurnakan dan diwujudkan dengan usaha sebaik mungkin untuk belajar dan berprestasi sembari menjaga diri dari pengaruh buruk lingkungan sekitar. Manusia seringkali tahan dengan ujian yang menyengsarakan sebagaimana angin kencang yang membuat mereka tetap erat berpegangan, tetapi justru tidak tahan menghadapi kenikmatan, seperti angin sepoi-sepoi yang menidurkan dan akhirnya melepaskan tangan dari pegangan. Itulah dua pesan penting yang disampaikan para pemateri sore itu.
Dengan suasana penuh kekeluargaan dan keakraban, Rabu sore (13/2/2013), Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta (FE UNY) mengadakan Koordinasi Pembinaan Mahasiswa Bidik Misi di Auditorium FE UNY. Acara tersebut dihadiri perwakilan dosen-dosen dari setiap jurusan serta lebih dari 200 mahasiswa FE yang diterima di UNY melalui jalur Bidik Misi. Di Auditorium FE UNY yang tampak penuh sore itu, hadir Dekan FE, Dr. Sugiharsono, M.Si., Wakil Dekan I, Prof. Dr. Moerdiyanto, dan Wakil Dekan III, Siswanto, M.Pd. Pertemuan ini diselenggarakan untuk memberikan pendampingan dan pemantauan terhadap para mahasiswa Bidik Misi di FE agar mereka bisa memanfaatkan kesempatan belajar sebaik mungkin serta lulus tepat waktu.
Dalam sambutannya, Sugiharsono menegaskan pentingnya acara koordinasi ini agar mahasiswa Bidik Misi tetap terkendali sepanjang waktu dan bisa menyelesaikan masa studinya tepat waktu. Lebih lanjut, beliau menyampaikan bahwa mahasiswa Bidik Misi sangatlah beruntung dan patut bersyukur karena orang lain yang mungkin memiliki uang dan niat tetapi belum tentu bisa memasuki UNY. Oleh karena itu, kesempatan ini harus mereka manfaatkan untuk belajar dan memaksimalkan potensi yang mereka miliki. Akan lebih baik, sambung beliau, jika mereka mau mengikuti kegiatan kemahasiswaan, membawa bendera fakultas atau universitas dan berprestasi di tingkat lokal, nasional, ataupun internasional. Di akhir sambutan, beliau mengingatkan mahasiswa Bidik Misi untuk tetap hidup hemat dan tidak gampang terpengaruh gaya hidup lingkungan sekitar.
Dalam kesempatan itu, Moerdiyanto memberikan arahan akademiknya bahwa mahasiswa Bidik Misi adalah anak emas. Melalui jalur ini, mereka yang memiliki prestasi di sekolah dipilih oleh pemerintah sehingga memiliki kesempatan mengenyam pendidikan di perguruan tinggi negeri. Sedangkan siswa lain harus berjuang tetapi belum tentu diterima. Di UNY, kata Guru Besar Ilmu Manajemen Bisnis UNY ini, persaingan untuk memasuki jurusan-jurusan di FE sangatlah ketat.
Di Jurusan Manajemen dan Akuntansi, lebih dari 3000 calon mahasiswa harus bersaing untuk menjadi hanya salah satu dari 100 mahasiswa yang diterima.Selain sebagai anak emas, di UNY mahasiswa Bidik Misi juga merupakan mahasiswa emas, yaitu dengan mendapatkan perlakuan yang istimewa dari kampus yang tidak didapatkan oleh selain mereka. Sebagai contoh, karena mahasiswa Bidik Misi diprioritaskan untuk lulus tepat waktu, maka mereka mendapatkan kemudahan untuk bertemu dosen selama masa bimbingan skripsi sehingga bimbingan skripsi yang mereka dapatkan lebih intensif.
Selain itu, mereka juga akan diutamakan untuk dilibatkan dalam penelitian-penelitian dan PPM (Pengabdian pada Masyarakat) dosen guna mendapatkan pengalaman-pengalaman sosial dan akademik. Sebaliknya, dengan berbagai fasilitas itu, lanjut beliau, mahasiswa Bidik Misi juga selayaknya berprestasi emas. Oleh karena itu, hasil belajar mereka akan selalu dipantau melalui monev (monitoring evaluasi) periodikal.
Dengan gayanya yang khas, Siswanto memberikan arahan tentang kemahasiswaan. Diselingi canda dan kiasan penuh makna bahwa para mahasiswa Bidik Misi juga harus aktif dalam bidang kemahasiswaan, terutama dengan terlibat dalam penulisan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa). Selain itu, mereka juga diharapkan bisa membantu calon mahasiswa Bidik Misi tahun mendatang dengan mendirikan Pusat Informasi dan Komunikasi (PIKOM) pada saat penerimaan mahasiswa baru.
Dengan adanya PIKOM, mahasiswa baru yang diterima melalui jalur Bidik Misi akan merasa lebih tenang dan nyaman karena mendapatkan pendampingan dari kakak angkatan yang juga diterima dari jalur yang sama. Sebagai pungkasan arahannya, Siswanto juga menitipkan pesan untuk selalu menjaga diri dari godaan dengan berkisah singkat tentang koala yang jatuh ketika berpegangan di pohon bukan karena angin kencang, tetapi karena angin sepoi-sepoi yang terasa nikmat dan meninabobokannya. (fadhli)