Quantcast
Channel: Universitas Negeri Yogyakarta - Leading in Character Education
Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

BELAJAR AKTING BERSAMA RUKMAN ROSADI DAN FAOZAN RIZAL

$
0
0

“Hakikat bermain peran (akting) ialah bagaimana membuat relasi antara otak dengan reaksi yang diproduksi.” Demikian tutur Rukman Rosadi pada Minggu (17/2/2013) di PLA Lt.3, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta (FBS UNY). Rukman yang juga aktor teater dan film garapan Hanung Bramantyo tersebut menambahkan bahwa dalam berakting, setiap adegan yang diperankan harus natural, tidak boleh mengada-ada, dan harus  memiliki makna.

Pada acara Acting Workshop yang bertajuk “Dasar-dasar Akting untuk Teater–Film–Sosial yang juga menghadirkan Faozan Rizal (sutradara film “Habibie & Ainun”) sebagai pemateri, Rukman menjelasakan bahwa untuk menjadi seorang aktor berkualitas, seseorang diharuskan untuk menggali potensinya. Guna menjadi seorang aktor, seseorang dituntut menjadi pribadi yang fleksibel.

 “Ada 4 potensi yang perlu digali. Potensi tubuh, suara, pikiran, dan emosi.” Pada potensi tubuh ini bisa dicontohkan dari seberapa lentur dan kuatnya tubuh seseorang. Begitu pula dengan kesehatan. “Harus dijaga,” tambahnya. Kemudian yang perlu digali adalah potensi suara, bisa ditengok dari seberapa banyak seseorang menguasai jenis dan karakter suara, logat hingga aksen. Sedangkan untuk pikiran dan emosi, seseorang perlu menggalinya dari banyak disiplin ilmu. Modal seorang aktor adalah seluruh perangkat yang ada pada tubuhnya yaitu pikiran, perasaan, suara, dan tubuhnya. Modal inilah yang dilatih secara terus-menerus tanpa henti. “Sebenarnya, akting ini adalah pintu menuju kecerdasan, karena itu aktor harus bergaul dengan banyak realitas,” tambah dosen keaktoran ISI Yogyakarta tersebut.

Selain menggali potensi, masih ada lagi yang menjadi dasar-dasar akting. Hal itu ialah dengan melakukan isolasi personal, mengobservasi diri sendiri. “Kalau kita berakting, yang dimainkan adalah ciptaan bukan diri kita sendiri. Jadi, buatlah berbeda untuk membedakan diri kita yang sebenarnya dengan yang kita mainkan.” Rukman juga menyimpulkan bahwa diperlukan spons effect dalam berakting, yaitu kemampuan saling menyerap terhadap apa yang dipikirkan.

Workshop yang terselanggara atas kerjasama REDCAT Acting Course dan Sangkala FBS UNY itu berlangsung mulai pukul 13.00—17.00 WIB. Bela, salah satu peserta mengungkapkan, “Saya jadi lebih memahami teknik berakting di depan kamera, tapi yang paling penting percaya diri. Abaikan yang lain, just me and camera,” ujarnya sumringah. (Fitriananda)

Label Berita: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

Trending Articles