Generasi muda pada masa ini masuk pada kategori generasi emas yang pada beberapa tahun ke depan akan menjadi generasi yang memiliki peranan penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Tahun 2015 Indonesia akan memasuki era Asean Community dan pada saat itu kita tidak dapat lagi mengandalkan peran lembaga pendonor. Pemuda harus berani membuat misi ke depan. Dalam hubungannya dengan generasi Emas, Indonesia tidak bisa lepas dari negara tetangga. Dalam globalisasi, local content dibangun dengan mengembangkan nilai-nilai lokal untuk bisa bersaing secara internasional.
Demikian dikatakan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo Notodiprojo, dalam Seminar Nasional bertema “Menuju Generasi Emas Berkarakter” yang dilaksanakan di Kampus UNY Wates Kulonprogo, Sabtu 22 Maret 2014. Lebih lanjut Menpora memaparkan bahwa karakter yang ada di otak kiri harus diseimbangkan dengan otak kanan. “Generasi muda harus mempunyai wawasan ke depan” tegas Menpora. Roy Suryo Notodiprojo juga memberi penekanan pada Undang-Undang Kepemudaan yang mencakup usia generasi muda 15-30 tahun. “Di luar negeri cakupan generasi muda lebih pendek yaitu 15-25 tahun” kata Roy Suryo “Jangan ada rasa takut untuk melakukan sesuatu, jangan berpikir pas-pasan.”
Bupati Kulonprogo, dr. H. Hasto Wardoyo, Sp.Og, dalam paparannya berjudul “Peran Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat dalam Membentuk Generasi Emas yang Berkarakter” mengungkapkan fakta bahwa etika merupakan pengetahuan, sikap, ketrampilan yang membentuk karakter. Untuk itu mental model Personal harus dipersiapkan karena mengajar keterampilan karakter relatif susah. “Soft skill hanya diajarkan kira-kira 10% , sedangkan sukses di lapangan ditunjang 80%, yang 10% hard skill.” Pada kesempatan tersbut Bupati Kulonprogo menegaskan bahwa pendidikan karakter perlu integrasi sikap dan keterampilan.
Seminar Nasional yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis UNY, juga sekaligus dirangkai dengan peresmian Gedung Kuliah, Gedung Layanan Akadamik, dan Kolam Renang. Gedung Kampus Wates diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang pada kesempatan tersebut diwakili oleh Dirjen Dikti. Dalam sambutannya, Dirjen Dikti, Prof. Dr. Ir. Joko Santoso, M.Sc. menyampaikan beberapa hal penting, di antaranya bagaimana meningkatkan pendidikan karakter, termasuk pendidikan guru yang bagus. Bahkan jika perlu membuka prodi lain yang potensial. “Ke depan akan diselenggarakan akademi komunitas yang bisa dimiliki atau dikelola Pemerintah Kabupaten dalam upaya meningkatkan APK (Angka Partsipasi Kasar)” kata Dirjen Dikti.
Sementara itu, Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA dalam sambutannya menjelaskan bahwa Kampus UNY Wates merupakan limpahan komplek Sekolah Guru Olahraga (SGO) Wates yang dialihkan kepemilikannya ke UNY. Hal itu sebagai konsekuensi dari kebijakan peningkatan status jenjang pendidikan SGO di bawah Ditjen Dikasmen menjadi PGSD Diploma 2 di bawah Ditjen Dikti pada awal 1990-an. “Dengan semakin lengkapnya bangunan di UNY Kampus Wates diharapkan makin memantapkan posisinya sebagai pusat pendidikan yang terbaik di Kulonprogo” kata Rektor. Diharapkan dengan semakin sempurnanya Kampus Wates dapat memberi manfaat bagi masyarakat sekitarnya, terlebih dengan pengembangan Kulonprogo sebagai lokasi terpilih untuk bandara internasional.
Secara terperinci, bangunan yang diresmikan pada kesempatan tersebut, yaitu (a) adalah Gedung Layanan Akademik 4 lantai seluas 2.517 meter persegi, (b) Kolam Renang bertaraf internasional seluas 1.286 meter persegi lengkap dengan tribun 2 lantai, (c) Gedung Pembinaan Karakter 2 lantai seluas 527 meter persegi, (d) pembangunan penunjang seluas 59,5 meter persegi tempat genset, (e) halaman parkir dan (f) pagar. Pembangunan Kampus secara keseluruhan menelan dana total Rp. 42,6 milyar, berasal dari PNBP, BLU dan RM. Pelaksanaan pembanguna sudah dimulai sejak 2008. (Aprilia Tina/Dedy)