Mayoritas masyarakat Indonesia hidup di wilayah pedesaan dan bermata pencaharian sebagai petani. Lahan pertanian yang subur dan luas menjadi tumpuan masyarakat untuk bercocok tanam dan menghasilkan beragam sumber pangan bagi anggotanya. Kehidupan masyarakat desa dengan tradisi pertaniannya bukan saja merupakan simbol dari kearifan lokal yang sudah berkembang sekian lama untuk menjaga dan merawat kepemilikan akan lahan dan pangan, namun juga sebagai simbol rasa kesatuan rakyat yang diikat oleh kepentingan akan kebutuhan hidup melalui kerja gotong royong untuk terus berproduksi, sekaligus sebagai simbol adanya upaya pengembangan usaha-usaha kreatif demi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
Inilah yang menjadi dasar penyelenggaraan festival kampung emas “Dewi Sri” yang dilaksanakan di Plumbungan, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul pada Minggu, 9 Maret 2014. Festival ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Ikatan Alumni UNY (IKA UNY) dalam rangka dies natalis UNY ke-50. Menurut ketua panitia kegiatan festival, Sardiman AM, M.Pd., pengembangan kampung emas ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat Plumbungan menjadi elok, mandiri, maju, aspiratif, dan sejahtera.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Gunungkidul Supriyadi ST mengucapkan terimakasih pada UNY atas kepeduliannya dalam memberdayakan Plumbungan untuk menggerakkan kegiatan wisata di Gunungkidul. Dalam sambutannya, Rektor UNY Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. mengatakan bahwa kampung emas ini dibangun karena melihat potensi wisata di Gunungkidul. “Telah terjadi pergeseran wisata di Gunungkidul,” kata Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., “yang dulunya wisata pantai sekarang telah bergeser pada agribisnis.”
Rektor juga mengapresiasi IKA UNY yang telah membesarkan Gunungkidul dan berharap pada masa depan, Gunungkidul tidak hanya maju pertanian dan pariwisatanya namun juga maju pendidikannya. Dukuh Plumbungan, Sulistyo, mengucap syukur atas terpilihnya Plumbungan menjadi kampung emas. Menurutnya tradisi wiwit yang telah turun temurun tersebut merupakan perwujudan pada Tuhan atas hasil panen yang bagus, dan berharap bisa mencukupi kebutuhan pangan hingga musim panen yang akan datang. Festival juga dirangkai dengan arak-arakan seni dan gunungan. Sebelumnya, dalam festival kampung emas juga diadakan lomba diantaranya lomba memedi sawah dan tangkap belut.
Bupati Gunungkidul, Hj. Badingah S.Sos. yang datang pada akhir acara berkesempatan meninjau bazaar warga masyakarat Plumbungan di Balai Desa Plumbungan. Selain berdialog dengan warga tentang pertanian dan hasil panen, Hj. Badingah S.Sos. juga memberi perhatian pada hasil karya mahasiswa FT UNY berupa alat pembuat timus dan alat pembuat kentang goreng. Didampingi Ketua DPRD Gunungkidul, Budi Utama M.Pd., Bupati Gunungkidul banyak memberi masukan dan arahan pada para mahasiswa pembuat alat-alat tersebut. (dedy)