Termasuk dalam salah satu rangkaian International Mobility Program antara Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta dengan Faculty of Vocational and Technology Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) mengadakan forum diskusi dengan kelima mahasiswa dari UTHM di ruang sidang KPLT FT UNY, Kamis (13/2/2014). Dipandu oleh koordinator Humas FT UNY, Haryo Aji, diskusi kali ini mengambil tema Malaysian Education and Culture Orientation.
Agenda ini diawali dengan presentasi dari kelima mahasiswa UTHM tentang sistem pendidikan dan budaya yang ada di UTHM serta Malaysia pada umumnya. Juliza Ezaida Binti Jumela atau sering disapa Juu, pada paparannya menjelaskan bahwa pendidikan di Malaysia secara keseluruhan di bawah hukum kementrian pendidikan, yang bertanggung jawab mengurusi sistem pendidikan dari tingkat dasar sampai dengan universitas, mengatur silabus, mengontrol ujian nasional, dan mengawasi perkembangan pendidikan. “Jadi, di tempat kami guru mengajar tidaklah terlalu susah karena dari silabus, RPP, sampai bahan ajar semua sudah disiapkan oleh pemerintah,” jelas Juu.
“Pemilihan siswa dan jurusan akademik pada upper secondary level akan ditentukan oleh Kementrian Pendidikan. Pada akhir masa pendidikan dua tahun di pendidikan upper education, siswa akan diuji oleh ujian nasional wajib, Sijil Pelajaran Malaysia/ Malaysia Certificate of Examination (SPN/MCE) atau Sijil Pelajaran Malaysia Vokasional/ Vocational Malaysian Certificate (SPM/VMCE), kalau siswa memilih jurusan vokasional,” tambah Juu.
Sementara itu Shangeetavaani Kannapiran menjelaskan bahwa siswa pada jurusan vokasional akan mempelajari bidang studi vokasional yang berhubungan dengan bidang studi lain yang identik kepada silabus sekolah umum lainnya. “Mereka diharuskan untuk mengikuti Peperiksaan Sijil Pelajajran Malaysia Vokasional (SPMV) pada akhir tahun ajaran kedua dan bagi siswa yang mempunyai hasil yang baik bisa melanjutkan studi mereka ke lembaga pendidikan tinggi lokal atau langsung masuk ke pasar kerja,” imbuhnya.
Pada sesi diskusi, para anggota BEM FT UNY mencoba membandingkan dengan pelaksanaan pendidikan di Indoneisa seperti Malaysia mempunyai persiapan untuk memasuki perguruan tinggi yang disebut dengan A Level dan matriculation study program sedangkan di Indonesia sisiwa yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi harus lolos melalui tes SBMPTN atau SM. (hryo)