“Ketika penerimaan siswa baru diumumkan, ada siswa yang tidak bisa diterima sekolah dan kemudian orang tua meminta klarifikasi dari pihak Sekolah. Kepala sekolah memberi pernyataan bahwa keputusan ini sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku, apakah ini menunjukan sikap sekolah yang transparan dan accountable?”
Pertanyaan pemantik ini diajukan dalam sesi studi kasus demi mendorong letupan-letupan pikiran peserta dalam “Pelatihan Praktik yang Baik Dalam Pembelajaran dan Manajemen Sekolah bagi Sekolah Mitra LPTK” pada Selasa, (11/2/2014). Di topik akuntabilitas dan kredibilitas, fasilitator mengarahkan peserta—yang terdiri dari kepala sekolah, pengawas sekolah, perwakilan guru, komite sekolah dari masing-masing sekolah mitra—untuk mengonsepkan manajemen basis sekolah yang efektif dan baik.
“Dalam kasus itu, sekolah tidaklah transparan dan accountable karena tidak dapat memberikan informasi yang masuk akal dan dipahami,” terang peserta dari SD Gobongan mengungkapkan hasil pikirnya. Menurutnya, sekolah seharusnya menjelaskan tentang alasan, misalnya terpenuhnya kuota siswa atau batas umur, kepada orang tua/wali agar syarat transparansi dan kredibilitas terpenuhi.
Dalam ceramah singkatnya, fasilitator pun menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen sekolah. “Dua nilai ini tentunya penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat kepada sekolah saat mereka menitipkan anak mereka dibina dalam laboratorium pendidikan kita,” terangnya.
Sebagai implementasi transparansi dan akuntabilitas sekolah kepada wali murid, SD Ngoto pun berbagi pengalaman. “Saat penerimaan raport, sekolah kami mengadakan pameran hasil karya siswa kepada orang tua/wali murid sehingga mereka dapat menyaksikan hasil belajar anaknya, misalnya produk sains dari bahan daur ulang,” terang kepala Sekolah SD Ngoto. Ide ini direspon dengan ekspresi muka yang tampak sumringah dan anggukan kepala peserta dari sekolah-sekolah lain. Diskusi kemudian masih berjalan interaktif dengan komentar yang solutif dan pengalaman yang inspiratif hingga pukul 16.00.
Pelatihan yang diselenggarakan USAID Prioritas didukung oleh Kemendikbud RI dan UNY ini berlangsung tiga hari di Gedung Kuliah I FBS UNY. Di hari pertama (10/2/2014), peserta dikenalkan dengan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM), Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), serta strategi mendorong peran serta masyarakat di sekolah. Di hari kedua (11/2/2014), topik tentang kreativitas menghimpun sumber daya-dana, transparansi dan akuntabilitas serta Rencana Anggara Sekolah (RAS) membuat peserta tetap menjaga semangat hingga akhir kegiatan. Kemudian, peserta dilatih merancang rencana kerja Tahunan dan Rencana Tindak lanjut (12/2/2014).
Pelatihan tidak hanya berhenti di sini saja. “Setelah ini kami akan melakukan pendampingan di setiap sekolah mitra selama setahun dan kemudian dilanjutkan dengan pelatihan modul 2 di Bandung di tahun depan,” terang Handoko Widagdo, Whole School Development Specialist USAID Prioritas. Ia juga menjelaskan bahwa pelatihan ini akan berlangsung hingga pelatihan ketiga di tahun berikutnya. ‘Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah mitra dan mahasiswa PPL yang mengajar di sekolah-sekolah ini mendapatkan contoh pengelolaan sekolah yang baik,” jelas Handoko.
Dwi Wahyuni, guru kelas 1 SD Ngoto, mengungkapkan kepuasannya mengikuti rangkaian kegiatan ini. “Kami sangat bersyukur bisa ikut pelatihan ini karena kami, sebagai orang yang bertatap muka langsung dengan wajah-wajah murid kami, merasa diberi support,” ungkapnya. Ia mencurahkan tentang pentingnya memperhatikan kebutuhan untuk pendampingan, baik selama proses pembuatan perangkat pembelajaran maupun pembelajaran. “Baiknya kami tidak hanya menjadi tempat benar dan salah dalam membuat perangkat pembelajaran saat para pengawas datang. Ada kalanya kami butuh contoh dan pendampingan dalam penyelesaian masalah di kelas,” saran Dwi demi peningkatan kualitas guru yang lebih baik. (febi)