Jargon semu yang didengungkan pemerintah bernama “menyejahterakan rakyat” hanya sebatas retorika. Kondisi rakyat jelata terjerat akan peliknya hidup. Ekonomi pembangunan hanya terasa bagi pemodal ataupun inverstor asing. Sementara itu, kebijakan pemerintah ihwal pendidikan pun ternyata tak mampu menjamah rakyat miskin. Di pihak lain, pemerintah tercitra media berfoya-foya dengan uang korupsinya, rekening pribadi yang “gendut”, dan sibuk melancong dengan dalih studi banding negara. Krisis ekonomi, pendidikan, maupun moral tersebut digambarkan mahasiswa kelas K PBSI 2012 dengan teatrikal puisi. Acara itu dipunggawai oleh Komunitas Klasik, –komunitas internal kelas K— dan dipentaskan di Laboratorium Karawitan pada Rabu, (27/11/2013).
Sudah saatnya penyampaian kritik kepada pemerintah itu diwujudkan dengan karya nyata: estetis dan kreatif. Seperti halnya dengan kreativitas mahasiswa kelas K PBSI 2012, mereka berproses dalam pementasan itu menghabiskan kurang lebih 3 bulan. Pementasan tersebut bukanlah tanpa dasar. Namun, pementasan itu merupakan realisasi dari apresiasi dan implementasi karya sastra puisi melalui mata kuliah Puisi –bagi mahasiswa PBSI semester 3.
Muharromatus Saadah selaku sutradara Komunitas Klasik mengungkapkan bahwa pementasan ini diampu oleh Dr. Wiyatmi, M.Hum. (dosen mata kuliah Puisi). Selain itu, ia juga menuturkan bahwa selama proses Komunitas Klasik juga didampingi oleh supervisor Arif Rahman Deny. “Mas Deny itu yang mendampingi kami tiap malamnya saat latihan,“ ungkapnya.
Para pemain yang dipelopori oleh Siska, Adi, Lilik, Udin, Angela, Ulfa, Wawan, Upi, Santi, Hikmah, Nuri, Juli, Risma, Daus, Mela, dan Izza pun menjiwai tokoh secara maksimal. Hal ini dapat ditengarai saat para pemain mengujarkan kalimat kritikan terhadap pemerintah dengan lantang. “Kami butuh uang, kami butuh kesejahteraan. Kami kenyang dengan janji-janji palsu,” tegas para pemain. Lantas, apakah pemerintah yang seharusnya mempu memberikan perlindungan kepada masyarakat ibarat selongosong kosong yang kuat. Ataukah, pemerintah hanya berdiam diri dengan mengumbar janji-janji? Sebuah pementasan yang memukau! (Rony)