Kreativitas lebih penting dari kemampuan yang lain. Walaupun pandai atau ber-IQ tinggi, tetapi kalau tidak mempunyai kreativitas, orang itu hidupnya tidak nyaman. Misalnya di rumah ada kayu yang copot dan harus dipaku untuk memasangnya. Padahal di rumah tidak ada paku, selain itu toko yang menjual paku jaraknya jauh dan harganya pun mahal. Jika di sekitar ada bambu, bambu itu bisa diruncingi sehingga mirip paku. Ada orang yang tidak bisa menerima bahwa menyatukan kayu yang patah tadi dengan bahan selain paku. Orang yang seperti ini biasanya lebih mudah stress karena tidak luwes.
Hal tersebut disampaikan Prof. Dr. Anti Kolonial Prodjosantoso, Guru Besar FMIPA UNY ketika memberikan materi pada Pelatihan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bagi mahasiswa FMIPA angkatan 2012, Sabtu (7/9/2013) di ruang sidang fakultas.
Lebih lanjut Guru Besar FMIPA UNY itu menyatakan, “Pada proses kreatif, kita menemukan dulu fakta, fakta tersebut menunjukkan masalah. Sebagai orang yang kreatif Anda harus menemukan ide, ide dijalankan kemudian menemukan jawaban, dan jawaban itu akan sangat bermanfaat kalau bisa diterima oleh banyak orang.”
“Contohnya kakek atau nenek walau usianya tua tapi giginya masih utuh. Ini adalah fakta. Ini karena mereka nginang yaitu memakan kapur, sirih, gambir, tembakau, pinang. Dari yang dimakan tersebut yaitu kapur mengandung kalsium, dan kalsium akan masuk ke lubang-lubang gigi. Sirih berfungsi untuk mematikan kuman, begitu juga yang lainnya yang mempunyai formula masing-masing. Masalahnya, nginang dari segi estetik kurang indah. Jadi, harus dicari ide bagaimana supaya dari estetika lebih bagus,” jelasnya.
Dari bahan-bahan tadi, tambahnya, bisa dilakukan penelitian di laboratorium, misalnya dibuat permen karet yang bisa melindungi gigi. Mahasiswa pasti bisa membuat permen karet dari bahan alam yang dulu dipakai nginang oleh kakek-nenek kita.
Sementara itu, Wakil Dekan III FMIPA, Suhandoyo, M.S. mengatakan, “Dalam mencari ide penelitian, biasakan mempertanyakan hal-hal yang sepele di sekitar kita, maka akan banyak masalah yang bisa diteliti. Misalnya di pasar hewan kita menemui penjual itik. Sang penjual bisa tahu itu jantan atau betina hanya dari suara si itik. Butuh keterampilan khusus untuk mengetahui hal-hal seperti itu.”
“Dari hal tersebut mahasiswa bisa melakukan penelitian bagaimana mengenali suara itik jantan atau bentina misalnya dengan membuat alat untuk mendeteksi frekuensi suara itik. Jika frekuensi sekian, itu suara itik jantan atau betina,” lanjutnya. (witono)