Quantcast
Channel: Universitas Negeri Yogyakarta - Leading in Character Education
Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

PEMAHAMAN ANTARBUDAYA: DARI NEGERI GAJAH PUTIH KE ZAMRUD KHATULISTIWA

$
0
0

Tiga puluh mahasiswa dari Chiang Mai University (CMU), Thailand yang tengah menjalani ASEAN Familiarization Program di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berkesempatan untuk belajar budaya Indonesia yaitu angklung, gamelan, dan pencak silat pada Senin (2/9/2013). Kegiatan pemahaman budaya yang juga diselingi dengan diskusi antarmahasiswa tersebut digelar di empat tempat yaitu Studio Musik dan Laboratorium Karawitan di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Hall Beladiri di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), serta Student Center.

Dalam workshop musik tradisional, ketigapuluh mahasiswa tersebut dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama dengan sangat antusias belajar bermain angklung dengan Dra. Ayu Niza Machfauzia, M.Pd., dosen Seni Musik FBS UNY. Dengan memainkan angklung sesuai nada yang telah dibagikan, para mahasiswa CMU menyatukan nada-nada tersebut secara bersama-sama.  Meskipun pada awalnya terlihat canggung, akhirnya mereka mampu  memainkan sebuah lagu rakyat dari Papua, “Yamko Rambe Yamko” dengan apik. Keceriaan terpancar dari wajah mereka saat berhasil menguasai musik tradisional dari Jawa Barat tersebut hanya dalam waktu kurang lebih satu jam. Dengan penuh semangat mereka terus berlatih, tangan kiri memegang simpul atas dan tangan kanan pada bagian bawah angklung, disaksikan oleh tiga dosen pendamping mereka yaitu Sakorn Ruanklai, Pantinee Nestsupaluk, dan Hesti Aryani.

Sementara itu, kelompok kedua dipandu oleh Drs. Bambang Suharjana, M.Sn., dosen Seni Karawitan FBS UNY. Para mahasiswa silih berganti memainkan seperangkat gamelan dengan dibantu oleh para mahasiswa yang bertugas sebagai tutor. Mereka juga sangat antusias dalam menghafalkan nama-nama alat musik tradional Jawa tersebut yang terdiri dari gambang, kenong, saron, demung, dan bonang. Akhirnya, setelah beberapa kali berlatih, mereka dapat secara lancar dan selaras memainkan sebuah rangkaian nada singkat.

Setelah mengikuti dua workshop alat musik tradisional, para mahasiswa CMU kemudian diajak untuk mengunjungi Student Center guna berdiskusi dengan perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) KM UNY dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di UNY. Dalam diskusi tersebut, kedua pihak saling berbagi dan berusaha mengenal satu sama lain dalam sesi tanya jawab. Dua mahasiswa perwakilan CMU juga memperkenalkan kegiatan orientasi mahasiswa yang dikenal dengan nama Rub Norng Khueng Doi. Dalam kegiatan ini, rasa kebersamaan dan falsafah “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian” diajarkan kepada para mahasiswa baru di CMU.

Kegiatan pada hari itu diakhiri dengan workshop pencak silat yang diampu oleh Erwin Setyo Kriswanto, M.Kes., dosen Pendidikan Kepelatihan FIK. Sebelum memulai latihan, secara sekilas beliau memperkenalkan pencak silat kepada seluruh peserta sebagai seni beladiri khas Indonesia yang menggabungkan olahraga, beladiri, seni, dan kerohanian. Setelah itu, mereka satu-persatu diajak memperagakan beberapa gerakan dasar pencak silat, diselingi unjuk beladiri secara berpasangan. Walaupun lelah setelah hampir seharian mengikuti beragam aktivitas, para mahasiswa CMU tersebut tetap bersemangat mengikuti sesi terakhir ini. Bahkan, karena ketertarikannya akan pencak silat, salah seorang mahasiswa menyatakan bahwa sekembalinya ke Thailand nanti, dia akan mencari salah satu perguruan pencak silat di sana untuk mendalami seni beladiri ini lebih jauh lagi. (ana/tw)

Label Berita: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

Trending Articles