Televisi telah menjadi bagian dari kehidupan keseharian masyarakat Indonesia. Tetapi perilaku masyarakat di Indonesia yang menonton televisi dan tidak memerdulikan posisi mereka menonton televisi, dapat membahayakan kondisi kesehatan mata. Dalam menonton televise, anak-anak atau orang dewasa saat ini tidak memperhatikan jarak tonton dan sudut tonton televisi.
Menonton televisi dengan jarak yang dekat dapat berakibat buruk terhadap kesehatan mata seperti rabun jauh (miopi) dan menonton televisi dengan posisi pandangan terlalu menghadap ke atas atau lebih dari 25 derajat akan mempercepat terjadinya kerusakan pada otot leher. Sementara jarak sudut yang ideal menonton televisi adalah 0 hingga 25 derajat. Jika lebih 25 derajat, otot leher akan tegang dan dapat mengakibatkan aliran darah ke otak menjadi kurang lancar dan mengakibatkan kepala pusing dan nyeri tekuk pada leher. Bila dilakukan berulang-ulang bisa mengakibatkan sakit migran dan pusing kepala.
Menonton televisi dengan jarak kurang dari 5 kali diagonal televisi dapat berakibat buruk terhadap kesehatan lensa mata seperti rabun jauh, luka fotokimia, dan astigmatisme. Kerusakan pada lensa mata diakibatkan sinar biru yang dipancarkan oleh televisi. Oleh karena itu, lima mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta yaitu Arif Purnomo, Catur Edi Widodo, Roy Fernando, M. Iqbal, dan Yossi Apriyanto yang tergabung dalam tim PKM KC UNY membuat sebuah alat Smart Sensor Television yaitu alat pendeteksi jarak pandang televisi otomatis sebagai upaya menjaga kesehatan mata saat menonton televisi.
Dalam menonton televisi, kata Arif Purnomo, terdapat beberapa aturan yang harus ditaati agar efek buruk sinar biru televisi tidak menghampiri kita. Salah satunya adalah jarak layar monitor televisi ke mata harus mengikuti perhitungan standar yang berlaku. “Jika aturan jarak tersebut dilanggar, kesehatan mata bisa terancam” kata Arif Purnomo. “Jika bermain game, sebaiknya jangan di rental karena layar televisinya besar tetapi jaraknya kurang dari 1 meter.”
Menurutnya, untuk televisi 14 inchi jarak optimal untuk menonton adalah 1,78 meter, televisi 17 inchi sejauh 2,16 meter, televisi 20 inchi sejauh 2,54 meter, televisi 21 inchi sejauh 2,67 meter, televisi 29 inchi sejauh 3,67 meter, televisi 32 inchi sejauh 4,07 meter, dan televisi 50 inchi sejauh 6,35 meter. Sementara Catur Edi Widodo menjelaskan bahwa alat ini memiliki 3 peringatan dini yaitu indikator LCD, Indikator LED, dan indikator bunyi buzzer untuk mengetahui seberapa jarak aman kita menonton televisi.
Cara kerjanya yaitu berdasarkan input jarak yang diterima ketika seseorang menonton televisi dengan reverensi jarak 5 kali diagonal televisi. Apabila jarak pengguna di atas reverensi, alarm tidak akan bunyi; namun jika jarak pengguna kurang dari reverensi, indikator LED akan menyala dan alarm akan berbunyi yang menandakan bahwa pengguna harus segera menjauh dari depan televisi sampai jaraknya sesuai.
Roy Fernando menambahkan bahwa alat ini terdiri dari berbagai bagian penting di antaranya adalah unit sensor yang menggunakan sensor Pyroelectric Infrared (PIR) sebagai pendeteksi jarak aman seseorang yang sedang berada di depan televisi. Selanjutnya sinyal yang dihasilkan oleh sensor PIR akan diproses oleh mikrokontroler yang akan memberikan output pada indicator lampu LED dan akan membangkitkan suara pada buzzer. Kreativitas mahasiswa ini berhasil lolos dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) XXIV tahun 2013 yang akan dilaksanakan di Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat, 9—13 September 2013. (dedy)