“Dalam menjalankan puasa Ramadhan lalu, apakah kita termasuk yang lulus ataukah belum? Bagi yang belum lulus, orang itu hanya memperoleh lapar dan dahaga saja.” Demikian ditegaskan oleh Drs. H. Fathul Hilal pada acara Syawalan Keluarga Besar FMIPA UNY, Minggu (18/8/2013), di halaman Dekanat FMIPA UNY. Hadir pada kesempatan tersebut Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., Mantan Rektor Prof. Dr. Djohar, M.S., Prof. Dr. Wuryadi, M.S., WD III FIK Suhadi, M.Pd., pejabat fakultas, dosen, karyawan, mahasiswa, dan para pensiunan.
Puasa sebelum diambil darahnya, lanjut Fathul Hilal, dalam menjalani pemeriksaan kesehatan dengan puasa di bulan Ramadhan jelas berbeda maknanya, walaupun keduanya sama-sama puasa. Ini sangat mempengaruhi kelulusan seseorang. Karena yang diperintahkan Allah adalah puasa siyam. Perintah puasa siyam tapi kalau dikerjakan dengan saum akhirnya belum lulus. Puasa saum yaitu puasa dari sesuatu. Sementara siyam yaitu puasa dari segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT.
“Tanda kelulusan Ramadhan yaitu dia memiliki kualitas shalat yang terjaga. Semestinya shalat harus khusyu’, tapi kadang-kadang shalatnya tidak khusyuk. Petunjuk nabi supaya khusyuk yaitu aku merasa senang ketika shalat, jadikan shalatmu sebagai shalat pamitan, dan bahwa sesungguhnya shalat adalah mi’rajnya kaum muslimin,” paparnya.
Indikator orang yang lulus menjalani Ramadhan, paparnya, adalah meningkatnya kepedulian terhadap Al-Qur’an yang telah diturunkan di bulan Ramadhan. Tanda peduli Al-Quran, Rasulullah membagi dalam 5 golongan, yaitu 4 orang yang beruntung, dan 1 orang celaka. Kelimanya adalah: (1) jadilah orang yang mengajar Al-Quran, (2) jadilah orang yang mau mempelajari Al-Quran, (3) jadilah orang yang mau mendengarkan Al-Quran ketika Al-Quran dibicarakan, (4) jadilah orang yang gemar/suka terhadap Al-Quran, dan (5) jika kamu orang yang tidak mau mengajar, mempelajari, mendengarkan, dan gemar terhadap Al-Quran maka kamu akan menjadi orang yang binasa.
Sementara itu, Rektor UNY dalam sambutannya mengatakan, “Syawalan seperti ini memudahkan kita untuk silaturahim, karena kita tidak bisa datang dari rumah ke rumah. Dengan saling memaafkan hati kita menjadi bersih. Kebaikan yang telah kita rasakan, yang telah kita rasakan, bermanfaat bagi diri kita, orang lain, lingkungan, dan Allah tentu harus kita tingkatkan.”
“Sementara yang kita rasakan, kita sudah membuat orang lain jengkel bahkan marah, atau kesalahan lain, berangsur-angsur kita kurangi, syukur-syukur bisa hilang. Inilah dinamika yang ada, yang tentu setiap orang punya kualitas yang berbeda, tapi dengan niat yang ikhlas maka hidup kita akan bermakna,” tambah rektor.
Dekan FMIPA, Dr. Hartono mengatakan, “Setelah syawalan ini semoga bisa meningkat semuanya, baik kinerja, prestasi, dan lain-lain. Mohon maaf lahir mudah kita deteksi yaitu banyaknya SMS, kartu lebaran, bisa diucapkan langsung. Namun yang mohon maaf batin, hanya kita dan Allah yang tahu. Mudah-mudah permohonan maaf kita benar-benar dari lahir dan batin. Di antara lahir dan batin itulah terletak ketidakjujuran.”
Pada kesempatan tersebut, juga dilaksanakan acara pamitan haji warga FMIPA. Yang akan menunaikan ibadah haji yaitu Dr. Suyanta, Dr. Jaelani, dan Kuswari Hernawati, M.Kom. Selain itu, juga dilanjutkan dengan melepas purnakarya, yaitu Drs. Sutiman, Edi Prajitno, M.Pd., dan Djuwanto, M.S. (witono)