Magang sebagai mata kuliah wajib di polteknik diyakini sebagai kegiatan akademik yang penting. Namun sebagian besar politeknik belum memahami potensi magang dengan baik, khususnya bidang rekayasa dan belum mengelolanya secara optimal. Hal ini tampak dari empat indikator, yaitu: pengelolaan magang belum dilakukan secara lembaga tetapi individual oleh mahasiswa; magang dilaksanakan tanpa perencanaan kegiatan yang terstruktur; tidak ada standarisasi penilaian hasil magang; informasi magang belum dimanfaatkan secara optimal oleh mahasiswa, dosen ataupun politeknik, sehingga implikasi magang kurang signifikan baik pada individu mahasiswa, maupun pada peningkatan mutu pendidikan politeknik. Demikian paparan Dr. Peni Handayani dalam Ujian Terbuka dan Promosi Doktor yang digelar pada Kamis (25/7/2013) di Aula PPs UNY.
Dr. Peni mengungkapkan bahwa dampak magang sangat luas, sehingga perlu kajian yang serius untuk menggali potensi-potensi yang dihasilkannya. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu model magang yang lebih terukur dan berdampak signifikan, baik bagi individual mahasiswa, organisasi politeknik dan industri, maupun bagi masyarakat. “Model magang tersebut dikembangkan dari hasil evaluasi model pelaksanaan magang saat ini. Pendekatan kualitatif digunakan sebagai metode utama dan didukung oleh data kuantitatif,” lanjutnya.
Dosen Politeknik Negeri Bandung tersebut menjelaskan bahwa penelitiannya bertujuan untuk mengungkap aspek-aspek kunci yang dapat digunakan untuk pengembangan program magang, mengetahui seberapa jauh magang dapat meningkatkan kualitas lulusan politeknik, menemukan pola pengelolaan magang yang efektif untuk meningkatkan kualitas lulusan politeknik dan menguatkan jaringan kerja sama antara politeknik dan industri, dan memanfaatkan magang sebagai pelatihan untuk mendapatkan sertifikat kompetensi bidang profesi tertentu.
Penelitian disertasi yang dipromotori oleh Prof. Djemari Mardapi, Ph.D. (Promotor) dan Prof. Dr. Satriyo Soemantri Brodjonegoro (Co Promotor) tersebut menunjukkan bahwa ada lima aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam merancang program magang bidang rekayasa, yaitu aspek konteks, desain kurikulum, pengembangan skills, asesmen dan rekognisi, serta aspek pengelolaan magang.
Kompetensi profesional merupakan capaian pembelajaran yang sangat menentukan kualitas lulusan politeknik. Magang yang dikelola pada level “B-to-B” sangat potensial untuk meningkatkan kualitas pendidikan politeknik. Magang yang diarahkan pada pencapaian standar kompetensi dapat dikembangkan menjadi pelatihan sertifikasi kompetensi.
Berkat capaiannya tersebut, Ketua Penguji, Prof. Pardjono, Ph.D. menyatakan bahwa Dr. Peni Handayani berhak menyandang gelar doktor ke-184 di PPs UNY dan doktor ke-51 di Prodi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (PTK) dengan hasil Dengan Pujian. (Sinta)