Quantcast
Channel: Universitas Negeri Yogyakarta - Leading in Character Education
Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

JANU MUHAMMAD WAKIL INDONESIA DI BELANDA

$
0
0

Janu Muhammad, mahasiswa Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, berhasil membawa nama harum sebagai satu-satunya wakil Indonesia dalam rangkaian Geoscience Summer School. Kegiatan dengan tema “Contemporary Cities: Challenges and Opportunities” ini dilaksanakan sejak tanggal 8—19 Juli 2013 di Utrecht University, Belanda. Jumlah peserta program ini adalah 17 mahasiswa S-1 dari berbagai belahan dunia, mulai dari Indonesia, Singapura, China, Korea Selatan, Denmark, Brazilia, Spanyol, Amerika Serikat, Belgia, Belanda, Italia, Austria, Taiwan, dan Jerman. Summer School yang dilaksanakan oleh Faculty of Geoscience Utrecht University ini menjadi momentum pertemuan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu untuk berdiskusi dan mengikuti perkuliahan selama dua minggu di kampus Utrecht.

Warga Ngemplak RT 5 RW 32 Caturharjo Sleman tersebut mengatakan bahwa tema Summer School ini berkaitan dengan kota, karena jika dipandang dari kacamata geografi, kota merupakan fenomena kompleks yang menarik untuk dikaji karena merupakan tantangan pada abad ke-21, meliputi kota-kota di Eropa, Amerika, ataupun Asia.

“Selama dua minggu, para peserta Geoscience Summer School menerima perkuliahan yang setara 3 SKS di Utrecht University,” kata Janu Muhammad. “Perkuliahan terbagi sebanyak 20 sesi yang meliputi kuliah teori di kelas, seminar oleh dosen tamu, dan kunjungan ke beberapa kota di Belanda.” Pada hari pertama dilaksanakan penjelasan umum tentang perkuliahan, dilanjutkan dengan kuliah kota kontemporer. Pada hari-hari berikutnya diberikan kuliah tentang sejarah Utrecht, cycling trip, entrepreneurship di kota, migrasi di Belanda, masalah dan solusi di perkotaan, perubahan populasi di Belanda, transportasi dan mobilitas, seminar tantangan dan peluang kota, serta beberapa kunjungan di Amsterdam, Eindhoven, dan Rotterdam.

Para peserta Summer School Utrecht ini juga diajak untuk bersepeda mengelilingi Kota Utrecht dan Eindhoven. Geoscience Summer School selama dua minggu ini tidak lepas dari berbagai penugasan, mulai dari observation assignment, essay, paper penelitian, dan poster. Delegasi Indonesia mengangkat judul “Cycling as A Modern Life Style in The 21st Century” dan dipresentasikan pada hari terakhir sebelum penutupan.

Menurut putra sulung Ngadiyo dan Lasiyem, pedagang sayur di pasar Sleman, kuliah musim panas ini memberikan banyak manfaat bagi para peserta. Peserta diajak untuk menikmati suasana negeri kincir angin dan bunga tulip dari berbagai perspektif. Inovasi, kreativitas, dan kemajuan di  Belanda menjadi bagian dari manfaat yang diperoleh para peserta. Setiap delegasi diberi kesempatan memaparkan bagaimana kondisi kota dari negara asal mereka dan apa saja permasalahan yang ada. Setiap sesi kuliah selalu mengajak mahasiswa untuk berdiskusi dan bertukar pendapat dengan diampu oleh para dosen yang sangat kompeten dan bersahabat.

“Ketika melakukan kunjungan di Eindhoven, bisa diperoleh pelajaran akan pentingnya sepeda sebagai sarana transportasi utama di Belanda” kata Janu “Belanda identik dengan budaya bersepeda, oleh siapapun, kapanpun, dan di manapun”. Ketika berkunjung ke Amsterdam, dapat diperoleh gambaran historis Belanda hingga menjadi negara inovatif di dunia. Di sini para peserta mengunjungi beberapa tempat dengan model ‘housing’ yang berbeda-beda. Peserta mengkomparasikan perkembangan bangunan kota dari tahun ke tahun. Di Rotterdam, para peserta Geoscience Summer School diajak untuk menikmati megahnya distrik area, kawasan pelabuhan, dan pusat bisnis Belanda. Semua kunjungan memberi pelajaran akan pentingnya sebuah perencanaan terbaik untuk kota, termasuk perencanaan di Indonesia.

Alumni SMAN 2 Yogyakarta tersebut mengungkapkan, setelah mengikuti Summer School ini ada beberapa pelajaran yang bisa didapatkan dan menjadi contoh untuk Indonesia. Pertama, Belanda memiliki sarana transportasi yang nyaman, meliputi sepeda, bus, kereta, dan tram sehingga dapat menjadi masukan untuk perbaikan sistem transportasi di Indonesia. Belanda sangat inovatif dalam pengolahan pertanian, meskipun wilayahnya rata-rata di bawah laut. Ketiga, perlunya penerapan budaya disiplin waktu bagi masyarakat Indonesia jika ingin menjadi negara maju seperti Belanda. (sari)

Label Berita: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

Trending Articles