Kata “angkringan” sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Yogyakarta. Saat mendengar kata tersebut, tergambar di benak kita sebuah tempat bernuansa santai yang menjajakan makanan dan minuman dalam gerobak. Keberadaan angkringan di Yogyakarta sendiri memang telah sporadis, bahkan mungkin sudah menjelma menjadi suatu icon Kota Yogyakarta. Namun, angkringan yang berlokasi di Alun-Alun Wates Kabupaten Kulon Progo ini lebih istimewa dari angkringan pada umumnya.
Dengan tetap mengusung konsep nuansa santai, angkringan yang biasa buka pada hari Sabtu pukul 09.00 WIB sampai 17.00 WIB ini mengadopsi angkringan biasa menjadi angkringan pendidikan yang di dalamnya terdapat beberapa menu materi ilmu pendidikan. Di antaranya Bajigur, JaCa, JatTung, JaLis, MaMak, dan Mantar. Bajigur adalah kependekan dari Belajar Ngaji Teratur, JaCa (Belajar Baca), JaTung (Belajar Hitung), JaLis (Belajar Tulis), MaMak (Mari Belajar Masak) sedangkan Mantar merupakan kependekan dari Mari Main Gitar.
Di sini peserta didik atau anak jalanan yang datang dapat memilih menu materi sesuai keinginan mereka. Setelah memilih, mereka akan diajar oleh 1 orang pengajar yang ahli di bidang materi yang telah dipilih. Pembelajaran oleh pengajar dilakukan secara lesehan atau duduk di tikar yang disediakan di dekat gerobak angkringan. Setelah pemberian materi selesai, pengajar akan memberikan ujian singkat bagi para peserta didik sesuai dengan materi yang mereka pilih, sehingga mereka dapat mengetahui kemampuan mereka melalui hasil ujian tersebut. Setelah mereka selesai pelatihan dan ujian, mereka dapat membawa pulang ringkasan materi di kertas yang telah dipilih.
Rasyid Nugroho, Anggun Winursito, dan Rifky Ayu Ramadhani, pencetus ide sekaligus pendirinya, menuturkan bahwa berdirinya angkringan pendidikan ini dilatarbelakangi oleh kurang meratanya akses pendidikan masyarakat lapisan bawah terutama bagi anak jalanan yang mungkin kurang beruntung dalam mengeyam pendididkan. Olehkarenanya, para mahasiswa FT Prodi Pendidikan Teknik Elektronika UNY tersebut membuat sebuah tempat yang tepat atau sebuah metode pengganti sekolah yang sekaligus melestarikan asset budaya milik Yogyakarta yang tentunya budaya asli dari bangsa Indonesia.
Dengan adanya angkringan pendidikan diharapkan anak jalanan memiliki sebuah media pendidikan luar sekolah yang murah, nyaman, dan menyenangkan sehingga mereka dapat memperoleh ilmu pendidikan seperti anak-anak pada umumnya melalui Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M).