Kegiatan Semiloka Metodologi Penelitian Ilmu Administrasi Negara yang diselenggarakan oleh Jurusan Ilmu Administrasi Negara (IAN) dalam rangka pengembangan metodologi penelitian Ilmu Administrasi Negara diharapkan mampu menghasilkan panduan penelitian IAN bagi mahasiswa. Kegiatan ini diawali dengan pelaksanaan Seminar Metodologi Penelitian IAN pada Rabu (5/6/2013) di Ruang Ki Hajar Dewantara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) dan dilanjutkan dengan Lokakarya Metodologi Penelitian IAN yang diselenggarakan Jumat—Sabtu (14—15/6/2013) di Hotel Anugerah Wisata I Kaliurang, Yogyakarta.
Acara ini dibuka oleh Wakil Dekan I FIS UNY yang mewakili Dekan FIS UNY dilanjutkan dengan penyampaian materi Sesi I Seminar Metodologi Penelitian IAN oleh Sugi Rahayu, M.Pd., M.Si. dan Dwi Harsono, MPA, M.A. dengan moderator Argo Pambudi, M.Si. Sesi I ini menyampaikan topik tentang “Metode Penelitian Kualitatif dalam Pengembangan Ilmu Administrasi Negara untuk Memahami Negara dan Masyarakat”. Sugi Rahayu, M.Pd., M.Si. menjelaskan bahwa selama ini masih terdapat pengertian yang salah tentang penelitian.
Sugi juga mengkritisi bahwa dalam pemilihan judul dan rumusan permasalahan yang dilakukan, mahasiswa seharusnya tidak asal judul, bentuk pertanyaan tidak asal, dan pertanyaan seadanya, tetapi pertanyaan yang membutuhkan penelitian untuk menjawab rumusan masalah. Materi selanjutnya disampaikan oleh Dwi Harsono, MPA, M.A. yang menyampaikan tentang "Aspek Metodologi dalam Penelitian Administrasi Publik".
Pada Sesi II acara Seminar Metodologi Penelitian IAN menghadirkan pembicara Dr. Erwan Agus Purwanto, M.Si. yang merupakan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM) dengan mengangkat topik tentang “Pendekatan Survei dan Penerapan Mix Method dalam Penelitian Ilmu Administrasi Negara” dengan moderator Sugi Rahayu, M.Pd., M.Si. Metode menjadi penting karena penelitian akan dipengaruhi oleh kualitas metode yang digunakan.
“Yang menjadi faktor pendorong utama membuat penelitian adalah rasa ingin tahu. Memulai penelitian dengan rasa ingin tahu akan membawa kita untuk mencari tahu hal tersebut. Metode memang penting, namun lebih penting dari adanya rasa ingin tahu tersebut. Setiap penelitian datang dari fenomena suatu hal. Penelitian juga dihubungkan dari beberapa fenomena yang terjadi sehingga dari fenomena tersebut muncul pertanyaan-pertanyaan yang harus dicari jawabannya. Fenomena menjadi objek untuk diteliti,” tambahnya.
“Hal yang paling susah dalam melakukan penelitian adalah menentukan isu yang memunculkan pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian, karena secara kultural kita dilatih untuk menjawab, tidak untuk bertanya sehingga dalam penelitian sulit untuk kita mencari pertanyaan. Sebagai mahasiswa saat ini harus mampu menciptakan pertanyaan-pertanyaan pada fenomena-fenomena sosial yang ada di sekitar kita, bahkan hal yang mungkin dianggap sebagai sebuah kewajaran.”
Adapun yang menjadi hambatan terbesar setiap peneliti adalah menghadirkan kebaruan atau inovasi. Membuat penelitian yang baru dibutuhkan waktu yang cukup lama, dibutuhkan suatu research creation dan perenungan. “Setelah ide dan gagasan kita kuasai langkah selanjutnya adalah memilih metode yang akan digunakan, apakah menggunakan pendekatan kualitatif atau kuantitatif, serta apakah dengan paradigma positivistik atau antipositivistik.”
Metode kualitatif adalah metode deskriptif, yang berusaha mendeskripsikan atau menjabarkan sebuah fenomena. Sementara metode kuantitatif adalah metode yang berusaha untuk mengkualifikasi sebuah fenomena yang nantinya diangkakan. Dalam penelitian kuantitatif diperlukan adanya indikator-indikator untuk mengukur dan menjelaskan adanya sebuah fenomena. (Nia/sari)