Pembelajaran sosiologi di sekolah tentu memerlukan media pembelajaran yang sesuai, apalagi bagi sekolah inklusi. Selama ini guru dalam menjelaskan materi kepada siswa inklusi dilakukan melalui pendekatan secara individu sehingga interaksi sosial siswa berkebutuhan khusus dengan teman-temannya belum maksimal. Oleh karenanya mahasiswa prodi pendidikan sosiologi Fakultas Ilmu Sosial UNY membuat media pembelajaran untuk mereka yang diberi nama Sosiopera. Para mahasiswa itu adalah Sugiarti Merintika, Meiga Anggraeni, Anugerah Dwi A, Novita Nuzul Ulfah, Lisa Dwi Nurhayati dan Ruli Yuliani. Menurut koordinator kelompok Sugianti Merintika, Sosiopera diambil dari kata sociology dan opera yang artinya opera sosiologi. “Sosiopera ini merupakan analogi dari kondisi sosial masyarakat yang terkadang tidak sesuai harapan atau tentang masalah sosial” kata Sugianti Merintika “Sosiopera ini nantinya dapat membantu dalam menyampaikan materi tentang masalah sosial di masyarakat melalui sajian role playing yang dibawakan oleh siswa secara menyenangkan”. Meiga Anggraeni menambahkan bahwa sosiopera diharapkan dapat membantu siswa berkebutuhan khusus untuk dapat memahami materi secara mandiri sekaligus juga mampu aktif berinteraksi dengan teman-teman. “Materi ini telah kami praktikkan di sekolah inklusi SMAN 1 Sewon, yang memiliki siswa tuna netra dan tuna rungu” kata Meiga.
Anugerah Dwi A mengatakan bahan yang dibutuhkan adalah kardus air mineral, kardus mie Instan, kardus TV bekas, kertas lipat, kertas HVS, majalah bekas, kertas karton tebal, kertas hitam, lem fox, lakban hitam dan batang bambu. Alatnya meliputi gunting, cutter, penggaris, alat tulis, kuas dan palet. “Pertama kali tentukan setting dan tokohnya” kata Anugerah Dwi “Baru setelah itu dibuat pola wayangnya”. Caranya adalah membuat pola pada kardus bekas menggunakan pensil, kemudian gunting pola sesuai dengan bentuknya. Lalu pola wayang dicat agar menyerupai tokoh yang diinginkan baik ekspresi maupun kostumnya. Setelah ditebali garis pola menggunakan spidol lalu bagian belakang wayang ditempelkan pada batang bambu dan diperkuat dengan tempelan kertas karton. Sementara itu untuk membuat stage sosiopera pilihlah kardus bekas TV ukuran besar. Potong pada salah satu sisi bagian samping sesuai dengan ukuran frame yang diinginkan. Bagian atas kardus bekas TV juga dipotong untuk tempat setting dan role playing wayang. Tutup sisi bagian depan dan samping kardus bekas TV agar tampilan menyerupai stage sosiopera menggunakan kertas majalah bekas dan kertas hitam. Perkuat tempelannya dengan lakban dan hiasi stage sosiopera agar lebih menarik dan cantik.
Cara memainkannya diungkapkan Lisa Dwi Nurhayati, dimana kelas terbagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari beberapa siswa. Kemudian perwakilan dari kelompok mengambil undian topik yang telah disediakan oleh guru. “Topiknya berupa kenakalan remaja, kejahatan, kemiskinan, pengangguran” kata Lisa “Per kelompok mendapat satu topik”. Guru menyediakan lembar kerja pada setiap kelompok yang nantinya hasil kerja diskusi lembar kerja ini dijadikan skenario sosiopera dengan durasi sesuai dengan yang diinginkan. Pada saat pertunjukan opera berlangsung, masing-masing kelompok berperan sebagai wayang, narator, dan notulen. Usai pertunjukan akan ada sesi diskusi antar kelompok mengenai analisis masalah sosial yang ada dalam pertunjukan sosiopera. Guru dalam hal ini sebagai fasilitator dan penekanan materi dari hasil konsep konstruktivisme siswa. “Harapannya media pembelajaran ini dapat membantu guru dalam menyampaikan materi dan memaksimalkan interaksi sosial siswa berkebutuhan khusus dengan siswa yang lain” tutup Lisa. (dedy)