Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, memiliki beberapa mata kuliah yang mengharuskan mahasiswa untuk melakukan praktek kuliah lapangan. Salah satu contohnya mata kuliah Drama di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Mata kuliah ini memiliki jumlah 4 sks, teori dan praktik. Tahun 2016 ini, jurusan PBSI memliki 4 kelas di antarnya 2 kelas PBSI dan 2 kelas Sastra Indonesia. Masing-masing kelas membentuk kelompok teater, seperti PBSI-A (Teater Agnibrata), PBSI-B (Baswara), Sasindo A (Sanggar Janaloka), dan Sasindo B (Abhinaya). Mata kuliah drama tersebut mengharuskan setiap kelas untuk mementaskan naskah yang sudah dipilih.
Setelah sukses pementasan Teater Agnibrata (6/12), dengan judul “Konglomerat Burisrawa” karya Teater Koma yang bertempat di Lab Teater (Karawitan), pada hari Selasa (13/12) Sanggar Janaloka menggelar pementasan naskah “HRR!” karya Eko Ompong. Pementasan kali ini dihadiri oleh ratusan penonton yang berasal dari berbagai kalangan, perwakilan dari birokrasi pun turut menghadiri acara ini yaitu Wakil Dekan III FBS UNY, dosen pengampu mata kuliah drama, dan beberapa dosen lain dari jurusan PBSI.
Naskah “HRR!” karya Eko Ompong ini bergenre surealis. Naskah ini bercerita tentang sekelompok orang yang menjujung tinggi kebersamaan yang akhirnya pudar disebabkan oleh adanya perubahan yaitu perkembangan zaman yang cepat. Naskah “HRR!” dipentaskan secara apik dengan setting panggung yang sederhana, musik yang berderak mengikuti aktornya, serta permainan lighting yang berani dengan warna-warninya. Dibanding dengan pementasan kelompok lain, Sanggar Janaloka mementaskan teater yang berbeda, yaitu teater gerak.
Teater gerak adalah teater yang mengharuskan setiap aktornya menggerakkan anggota tubuhnya sesuai dengan yang ada di naskah tersebut, gerak yang memliki makna tertentu dengan simbol-simbonya. “HRR!” dimainkan 5 aktor utama, 4 di antaranya tokoh bernama A, B, C, dan D yang memiliki karakter berbeda-beda, kemudian tokoh S yang memliki karakter sebagai pembawa perubahan hingga kebersamaan berubah menjadi individual. Adapun 6 aktor tambahan yang berperan sebagai penari yang menandai adanya setiap perubahan yang terjadi.
Haryanto selaku pimpinan produksi dalam sambutannya mengatakan, “Mata kuliah drama ini memiliki berbagai manfaat di antaranya: belajar menghargai pendapat orang lain dalam berproses, meningkatkan kemampuan dalam menganalisis peran, dan mendapatkan pengalaman seni pertunjukan.
Selain pementasan Teater Agnibrata dan Sanggar Janaloka, pementasan juga dilakukan oleh Teater Baswara (16/12) di Hall Tennis Indoor UNY, dan terakhir pementasan dari Teater Abhinaya (20/12) di Taman Budaya Yogyakarta, sebagai penutup dari kajian drama 2016. Teater Baswara mementaskan naskah “Gundala Gawat” dari Teater Gandrik dan Teater Abhinaya mementaskan naskah karya adaptasi R. Tagore (asal India) yang berjudul “Yang Hidup, Yang Mati”. Parade Pementasan Teater PBSI UNY 2016 ini diampu oleh Dr. Suroso, M.Pd., M.Th. dan Dr. Nurhadi, M.Hum. [Haryanto]