Salah satu hasil produksi pertanian yang bernilai tinggi adalah vanili (Vanilla planifolia). Harga komoditas vanili ditentukan oleh kualitasnya. Sedangkan kualitas vanili ditentukan oleh beberapa faktor salah satunya teknik pengolahan pasca panen. Kualitas vanili kering di Indonesia masih sangat rendah dibanding potensi sebenarnya. Hal ini dikarenakan pengolahan pasca panen yang kurang tepat. Oleh karena itu, tim Amazing Agriculture yang terdiri atas Nurul Hidayah (Pendidikan Biologi UNY), Nadhiifah Nurul Haq (Agroteknologi UPN Yk), dan Muhammad Imam Muttaqiin (Teknofisika Nuklir STTN-BATAN), dalam rangkaian acara Hackafarm Innovation Camp 2016 merancang suatu teknologi pengolah vanili pasca panen untuk mengoptimalkan kualitas polong vanili.
Hackafarm Innovation Camp 2016 diselenggarakan oleh alumni beasiswa pendidikan dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat yang digelar di Yogyakarta pada 7–11 November 2016 bekerjasama dengan Agradaya dan Indmira. Kerjasama juga dilakukan dengan banyak pihak di industri pertanian dan teknologi lain seperti AgriProFocus, Kecipir, Mertani, Limakilo, Atnic, Siramin, Sekolah Tani Muda, Wikikopi, Sikumis, Mobileforce, Domainesia, dan lainnya. Acara ini merupakan gabungan antara kegiatan hidup bersama petani di Planden, Sleman dan 36 jam non-stop Hackathon di Kulonprogo.
Peserta terdiri dari 10 tim yang telah lolos seleksi berdasarkan ide proposal pada sisi teknologi dan penilaian oleh ahli. Setiap tim terdiri dari tiga mahasiswa dan satu siswa SMK Pertanian yang dipasangkan oleh panitia. Tim Amazing Agriculture dipasangkan dengan Gilang (SMK Salatiga). Adapun 9 tim lainnya yaitu AgriBot V1 (IPB), Alpha Team (Unpad), HOREE (UI-IPB), Metgrow (ITB), Minang (Unand), Soilama (UGM), Soilanger (IPB), SukaPasteur (Polman Bandung-Unpad), dan Teknotani (UGM).
Nurul menjelaskan, kegiatan di Planden berupa materi dari praktisi-praktisi pertanian serta petani muda di Yogyakarta, pengenalan pangan lokal, dan berkunjung ke sawah dengan kepala Gapoktan di Desa Planden. Setelah rangkaian edukasi selesai, Hackathon pun dimulai, berlokasi di Dolandeso, Boro, Kulonprogo. Para peserta ditantang merakit teknologi tepat guna selama 36 jam dengan internet dan fasilitas terbatas.
“Adapun prototipe yang dirancang oleh tim Amazing Agriculture berupa mesin pelayu vanili otomatis. Pelayuan vanili bertujuan mendorong kerja enzim untuk pembentukan vanilin, sehingga pada tahap ini perlu dimaksimalkan. Pelayu vanili otomatis dirancang untuk menjaga polong tetap higienis saat pelayuan. Berbeda dengan metode pelayuan konvensional yang kurang higienis, alat ini menjaga polong vanili supaya tidak disentuh tangan tapi bisa dibersihkan caranya yaitu disemprot memakai tekanan. Selain itu mesin ini di desain tertutup serta suhu dikontrol menggunakan sensor suhu supaya dapat stabil pada suhu optimum 70oC”, lanjutnya.
Setiap tim memaparkan hasil Hackathon dalam bentuk presentasi dan demo prototipe, dilanjutkan tanya jawab oleh lima orang juri. Tiga tim keluar sebagai pemenang yakni Juara 1 diraih tim Amazing Agriculture, Juara 2 diraih tim Teknotani dengan ide teknologi pengusir hama tikus berbasis audio, dan Juara 3 diraih tim Alpha Team dengan ide metode irigasi cerdas dengan model bagi hasil dengan petani. Ketiganya memenangkan uang tunai dari Kedutaan Besar Amerika Serikat dan peluang percobaan inovasinya. Para juara juga akan menjalani pilot project dengan seed funding dari Indmira selama 6 bulan, sehingga hasil Hackafarm Innovation Camp 2016 ini benar-benar menjadi kenyataan dan tepat guna. Setelah Indonesia, acara serupa akan digelar di Hanoi, Vietnam, pada Desember 2016. (Nurul/witono)