Mahasiswa PGSD FIP UNY, Fahmi Nuruzzaman, Novianna Mar’atush Shalihah dan Desy Nurhidayah menciptakan circle congklak sebagai media visual 3D yang berbasis permainan tradisional. Circle congklak merupakan sebuah model media pembelajaran berupa congklak sebagai pengenalan ciri khas bangsa Indonesia. “Melalui media ini diperkenalkan ciri khas dan kekayaan bangsa Indonesia” kata Desy “Selain siswa dapat mengenali ciri dan merasa bangga menjadi bangsa Indonesia, melalui media ini ditanamkan pula beberapa karakter”. Desain lingkaran pada circle congklak merupakan sebuah inovasi pada permainan tradisional congklak dengan tujuan menambah kapasitas pemain congklak sehingga dapat digunakan oleh lebih dari 2 orang pemain, yaitu 4 orang pemain. Dengan demikian melalui media pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk berinteraksi bersama temannya. Warna yang dipakai dalam media ini juga menggunakan warna-warna cerah dikombinasikan dengan batik agar siswa tertarik. Pada setiap petak atau wadah kecil terdapat gambar ciri khas bangsa Indonesia yang mewakili setiap daerah dengan tujuan untuk memudahkan pemain mengenal ciri bangsa Indonesia.
Media pembelajaran circle congklak telah diujicobakan pada kelas 3 SDN Patuk 2 Gunungkidul dengan jumlah siswa 11 orang yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Sebelum uji coba dilakukan di dalam kelas, siswa-siswi diberikan sebuah pengantar mengenai adanya inovasi media pembelajaran yang diambil dan dikembangkan dari peralatan tradisional khas Indonesia, yaitu dakon. Salah seorang siswa, Shidiq Maulana Akbar merasa senang terhadap media pembelajaran circle congklak yang diuji cobakan. “Pembelajaran PKn yang diberikan melalui media pembelajaran circle congklak terasa menyenangkan” katanya. Wali kelas 3 SDN Patuk 2, Yustina mengatakan secara keseluruhan media pembelajaran yang dibuat lumayan bagus, namun juga ada masukan agar materi pembelajaran PKn sebaiknya tidak terlalu dalam sehingga porsi materi tidak terlalu banyak dan fokus pada ciri khas negara Indonesia yang sering didengar siswa dan berada di lingkungan sekitar siswa. “Dalam permainan jika sudah sekali melakukan putaran, lebih baik diselingi dengan menyanyi, berdiri, atau aktivitas lain yang membangkitkan semangat siswa, agar pembelajaran dengan bermain dakon lingkaran tersebut tidak menoton” saran Yustina.(ratnae)