Mahasiswa yang tergabung dalam tim PKM-Karsa Cipta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta mempunyai gagasan membuat Termo Roof Panel, inovasi teknologi pengumpul panas matahari menjadi energi listrik (solar heat harvester) berbasis phase change material sebagai solusi mengatasi krisis energi listrik di Indonesia.
Mohamad Dirgantara Nurul Galaksi salah satu anggota kelompok menjelaskan bahwa “Dasar alat Termo Roof Panel memanfaatkan energi panas matahari yang akan diubah menjadi energi listrik dengan bantuan phase change material,phase change material yang akan digunakan adalah jenis paraffin organic yang akan disatukan dengan panel atap berupa genteng berbahan dasar metal,” ujarnya.
Lebih jauh, Dirgantara menjelaskan bahwa Termo Roof Panel ini berfungsi untuk tenaga memanfaatkan panas matahari guna mengoptimalkan energi alam yang disediakan oleh bumi. Selain dapat digunakan sebagai energi, Termo Roof Panel dapat juga berfungsi sebagai atap bangunan sehingga dalam satu alat mengandung dua manfaat yang bisa di manfaatkan langsung.
Sedangkan aspek bahan yang digunakan berupa Phase change materials (PCM) yang dapat menyimpan energy dan tidak hanya digunakan untuk memanaskan suatu fluida, tetapi juga mampu untuk mempertahankan temperatur suatu fluida agar tetap konstan. Komponen lain dari Termo Roof Panel adalah Termoelektrik Generator (TEG) alat yang dapat digunakan sebagai pembangkit tegangan listrik dengan memanfaatkan konduktivitas atau daya hantar panas dari sebuah lempeng logam.
Tim beranggotakan yang beranggota Arizka Setya windhiarti, Riyan Sugiarto, Dyah Ayu Pratiwi, Nida Arifatul Hasanah, dan Mohamad Dirgantara Nurul Galaksi. Lebih lanjut, Dirgantara menjelaskan cara kerja Termoelektrik Generator (TEG) dengan cara panas masuk pada salah satu sisi dan dibuang dari sisi lainnya lalu transfer panas tersebut menghasilkan suatu tegangan yang melewati sambungan termoelektrik dan besaran tegangan listrik yang dihasilkan sebanding dengan gradien suhu.
“Prinsip kerja dari Termo Roof Panel adalah dengan menyerap panas bumi lalu diserap oleh genteng dan PCM panas yang telah terkumpul diteruskan oleh TEG untuk dirubah menjadi tenaga listrik dengan cara menyambungkan kabel-kabel pada Termoelektrik generator dihubungkan satu persatu secara seri dengan menggunakan kabel,” lanjut Dirgantara.
“Hal ini dilakukan supaya arus listrik yang diperoleh dapat di kumpulkan dalam satu titik dan setelah arus terkumpul dalam satu titik, maka arus atau daya listrik yang diperoleh disimpan didalam baterai atau accu. Selain disimpan dalam baterai atau accu arus listrik dapat disalurkan langsung untuk pemakaian kebutuhan rumah tangga dengan mengubah arus DC menjadi AC menggunakan inverter,” papar Dirgantara.
Termo Roof Panel ini mempunyai keunggulan yaitu ramah lingkungan karena tidak menghasilkan polusi seperti halnya bahan bakar fosil yang selama ini digunakan, serta konservasi energi karena Termo Roof Panel berperan dalam manajemen konservasi energi melalui penghematan energi listrik khususnya di Indonesia yang mengalami krisis energi listrik,” tambah anggota kelompok, Arizka.
“Selain itu juga sebagai pengolahan limbah, karena Termo Roof Panel menggunakan bahan yang salah satu komponennya adalah limbah plat atau seng dalam hal ini bermaksud mendukung upaya pemerintah untuk mengurangi tingkat penghasilan limbah di Indonesia, keunggulan lain adalah kenyaman ruang dan lebih efisien,” imbuh Arizka.
“Jadi harapan kami dengan dibuatnya Termo Roof Panel inovasi teknologi pengumpul panas matahari menjadi energi listrik ini dapat membantu mengurangi krisis energi listrik yang terjadi di Indonesia sekarang ini”, harapnya.(haryo)