Tepuk tangan langsung membahana di ruang Aula Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (16/5). Hal itu terjadi setelah ketua penguji, Prof. Dr. Badrun Kartowagiran didampingi Dr. Heri Retnawati (Sekretaris), Prof. Djemari Mardapi, Ph.D. (Promotor), Prof. Dr. Syaifuddin Azwar (Co-Promotor), dan Penguji, Prof. Dr. Siti Partini Suardiman, serta Bahrul Hayat, Ph.D., menyatakan bahwa Idwin Irma Krisna berrhasil lulus Dengan Pujian (cumlaude). Dengan ini, Dr. Idwin Irma Krisna menjadi staf Puspendik (Pusat Penilaian Pendidikan) Balitbang Kemendikbud RI ketiga yang lulus cumlaude dari prodi PEP PPs UNY, setelah sebelumnya berhasil diraih oleh Dr. Suprananto dan Dr. Rahmawati.
Para tim penguji memberikan penilaian cumlaude setelah Idwin berhasil mempertahankan disertasinya, yang berjudul “Penetapan Standar Potensi Akademik Berdasarkan Level Benchmark Pada Tes Bakat Skolastik”. Idwin selama dua jam, dalam pemaparannya, meyakinkan enam dosen tim penguji. Dengan suara yang nyaring dan tegas, Idwin menjelaskan sudah sewajarnya Puspendik menerapkan sistem pengembangan tes dan sistem interpretasi secara paralel.
Hasil penelitiannya, Idwin menemukan belum adanya bukti empirik mengenai hubungan antar konstruk dalam Tes Bakat Skolastik (TBS) yang telah dikembangkan Puspendik. Selain itu, selama 20 tahun TBS dikembangkan, dalam penyajian hasil seleksi pada stakeholder belum disertai dengan interpretasi potensi yang dimiliki oleh seseorang. ‘’Berdasarkan hasil penelitian, bencmark akan membantu para pendidik dalam memonitor kemajuan akademik dan mempersiapkan peserta didik untuk sukses pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi’’ jelas Idwin.
Selanjutnya dalam kesimpulan disampaikan bahwa konstruk TBS sebagai alat seleksi pada jenjang PT atau SMA terbukti valid dengan metode analisis faktor konfirmatori dua tingkat. Hal ini berarti hasil pengukuran yang diperoleh melalui butir-butir soal pada subtes verbal, kuantitatif, dan penalaran mendukung konsep teoritik yang diinginkan oleh tujuan pengukuran. Selain itu, laporan hasil TBS dalam bentuk profil memberikan informasi yang lebih bermanfaat bagi penentu kebijakan dan meminimalkan kesalahan dalam interpretasi.
Potensi pada setiap bench menunjukkan keunikan masing-masing sehingga dapat membedakan potensi pada bench rendah dan bench tinggi. Pada bench yang tinggi diperlukan daya nalar yang tinggi dalam menganalisis dan mengolah informasi sehingga dapat memecahkan masalah dengan solusi yang tepat.
Prediksi potensi bakat skolastik pada prestasi seseorang ketika menempuh studi pada jenjang yang lebih tinggi masih cenderung rendah. Hal ini terjai karena masih ada faktor yang berpengaruh tapi tidak dijadikan sebagai prediktor. “Dalam penelitian ini, faktor yang mungkin dijadikan prediktor juga adalah prestasi pada jenjang sebelumnya dan kemampuan lain yang mendukung keberhasilan seseorang. Pada jurusan IPA, urutan kontribusi potensi bakat skolastik dari yang besar sampai yang kecil adalah potensi kuantitatif, penalaran, dan verbal. Sedangkan pada jurusan IPS, potensi kuantitatif, verbal, dan penalaran. Besarnya kontribusi dapat menjadi pertimbangan dalam penjurusan siswa yang akan masuk SMA, “tutup Idwin. (Rubiman).