Pendidikan pada tahap SD memerlukan media konkret karena pada masa tersebut seorang anak dapat menerima pembelajaran dengan baik apabila melihat dan terlibat secara langsung kejadian yang berkaitan dengan materi, atau dapat juga melalui media pembelajaran. Namun kenyataannya ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran di SD kurang optimal, karena guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam pembelajarannya sehingga kurang variatif dan monoton. Oleh karena itu mahasiswa PGSD UNY angkatan 2014 menyelenggarakan kegiatan service learning untuk menguji media pembelajaran yang dibuat dalam mata kuliah Media Pembelajaran.
Menurut dosen pengampu mata kuliah media pembelajaran Unik Ambarwati, M.Pd, kegiatan ini juga merupakan salah satu unsur pengabdian pada masyarakat yang dalam ini adalah sekolah. “Mahasiswa juga belajar membuat media pembelajaran, dengan harapan ada umpan balik dari guru dan siswa tentang media tersebut” kata Unik. Service learning dilaksanakan pada 39 sekolah dasar di DIY (24/5). Sekolah yang dipakai untuk service learning diantaranya SDN Tukangan Yogyakarta, SDN Waduk Patuk Gunungkidul, SDN Tirtoraharjo Kretek Bantul, SDN Karangsewu Galur Kulonprogo dan SDN Adisucipto Sleman. Ketua panitia service learning Ade Ma’ruf Prasetyo mengatakan tujuan kegiatan ini selain bersilaturahmi ke sekolah dasar, juga melatih keterampilan mahasiswa untuk membuat media pembelajaran yang sekaligus dibagikan ke sekolah-sekolah tersebut.
Salah satu sekolah yang dipakai yaitu SDN Tukangan Yogyakarta, Bagus Prasetyo N, Dewi Riandini dan Tri Sulistyowati mempraktekkan media pembelajaran Siaga Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di kelas V. Bagus Prasetyo menuturkan bahwa media pembelajaran yang mereka buat ada 2 buah yaitu detektor gempa dan alat pendeteksi tsunami. “Konsepnya agar siswa paham tentang gempa dan tsunami serta tahu mitigasinya” kata Bagus. Dewi Riandini menjelaskan untuk membuat media tersebut, mereka menggunakan barang yang ada di sekitarnya seperti baskom, kawat, saklar, kabel, bel mainan dan lem. Sedangkan Tri Sulistyowati mempraktekkan cara menggunakan media tersebut. “Cara kerja detektor gempa cukup digoyangkan, kawat yang ada di dalamya akan bersentuhan dengan kawat lainnya serta menimbulkan bunyi” kata Sulis. Sedangkan pendeteksi tsunami, bila air yang ada dalam wadah digoyangkan sehingga menimbulkan ombak, hal itu akan mendorong gabus pengapung dan menonjok saklar sehingga bel mainan berbunyi. “Selain untuk deteksi tsunami, media ini juga berfungsi untuk mendeteksi banjir” kata Sulis.
Saridal, guru kelas V SDN Tukangan menyambut baik adanya kegiatan ini di sekolah karena selain mahasiswa dapat berlatih mengajar, para siswa SD juga bisa menambah pengetahuan yang baru. Salah satu siswa yang mempraktekkan media pembelajaran detektor gempa, Fadil mengaku senang dengan kedatangan mahasiswa yang membawa media belajar karena bisa belajar sesuatu yang baru tentang mitigasi bencana. (dedy)