Pendidikan dalam keluarga merupakan pondasi yang kokoh kuat untuk pembentukan dasar-dasar hidup beragama, akhlak, karakter dan nilai-nilai luhur lainnya. Di dalam keluargalah nilai-nilai ini mulai di semai dan dikembangkan dengan ikatan cinta dan sentuhan kehangatan. Dalam keluargalah orang mempelajari banyak hal dimulai dari bagaimana berinteraksi dengan orang lain, menyatakan keinginan dan perasaan, bertutur kata, besikap berperilaku, menganut nilai-nilai tertentu. Untuk itu penguatan lembaga keluarga perlu lebih ditangani serius melalui persiapan dan pendidikan yang tepat yang dampak positifnya akan berantai.
Demikian guru besar emeritus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof. Dr. Aliyah Rasyid Baswedan menyampaikan sebagai narasumber dalam seminar Peran Lingkungan dan Masyarakat dalam Mewujudkan Manusia Bermartabat, di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY (26/4). Seminar diselenggarakan oleh Dharma Wanita Persatuan Universitas Negeri Yogyakarta dalam rangka memeriahkan Dies Natalis ke-52 UNY.
Seminar dibuka oleh Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.A.”Saya sangat mengapresiasi atas terselenggaranya seminar ini, terlebih tema yang diangkat sangat relevan, yaitu peran lingkungan dan masyarakat dalam mewujudkan manusia bermartabat, memang dalam mewujudkan manusia bermartabat tak akan pernah lepas dari peran seorang ibu yang telah memberikan pendidikan kepada anak semenjak si anak masih dalam kandungan”, jelasnya.
Sementara itu, narasumber lainnya yang juga guru besar emeritus UNY, Prof. Dr. Siti Partini Suardiman menyampaikan peranan lingkungan masyarakat dalam mewujudkan manusia bermartabat. Menurutnya manusia bermartabat adalah manusia yang memiliki karakter. Hal tersebut sesuai dengan brand UNY leading in character education. Membangun manusia bermartabat membutuhkan daya dukung diantaranya: keluarga, sekolah dan tempat pengasuhan lainnya, masyarakat, media, teman sebaya.
“Pendidikan karakter lebih daripada pendidikan moral, pendidikan moral mengajarkan mana yang benar dan yang salah. Adapun pendidikan karakter selain mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, juga menanamkan kebiasaaan tentang hal yang baik sehingga anak faham (kognitif) mana yang baik dan buruk, serta faham mana yang benar dan salah. Selain itu anak mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya,”papar Siti Partini.(ratnae)