Quantcast
Channel: Universitas Negeri Yogyakarta - Leading in Character Education
Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

JEJAK DINASTI SYAILENDRA DI KABUPATEN TEMANGGUNG

$
0
0

Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) UNY meneliti jejak dinasti Syailendra di Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Lokasi yang diteliti meliputi kawasan Desa Wisata Tlahab, Canggal, Kruwisan, Paponan, dan Petarangan yang dikenal dengan kawasan Dewata Cengkar. Tim PKM yang terdiri dari Hanifah Nurunnikmah (Pendidikan dan Sastra Indonesia-FBS), Nurullia Fitri Chandrawati (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia-FBS), Rati Ayu Pratiwi (Pendidikan Bahasa Daerah-FBS), Tejo Mukti Wibowo (Pendidikan Bahasa Daerah-FBS) dan Fathimah Dayaning Pertiwi (Pendidikan Sejarah-FIS) tersebut meneliti situs yang dilatarbelakangi oleh masterplan pengembangan Taman Syailendra di daerah tersebut.

Didorong oleh rasa ingin tahu akan kebenaran keyakinan bahwa masyarakat daerah Dewata Cengkar merupakan wilayah kekuasaan dinasti Syailendra, tim PKM didanai Dikti tahun 2016 di bawah bimbingan Dr. Kun Setyaning Astuti, melakukan penelusuran jejak Dinasti Syailendra di Kabupaten Temanggung dan Wonosobo dengan dasar pemikiran bahwa kedua wilayah tersebut mempunyai kebudayaan yang sama dan dimungkinkan bahwa batas wilayah pada masa Syailendra berbeda dengan batas wilayah saat ini, sehingga kabupaten Temanggung dan kabupaten Wonosobo dahulu adalah satu wilayah.

Menurut Dosen Pembimbing PKM Dr. Kun Setyaning Astuti, pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode etnografi. “Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, studi pustaka serta teknik dokumentasi” ungkapnya. Observasi dilakukan pada peninggalan -peninggalan kuno yang banyak dijumpai di daerah tersebut, seperti Watu Ambal berupa tangga Berundak 99, Lingga dan Yoni, Prasasti Gondosuli, Patung Nandhi di reruntuhan candi dekat Prasasti Gondo Suli, Candi Pring Apus, dan candi yang baru ditemukan di daerah Liyangan yang diperkirakan seluas 24 hektar dan berusia lebih tua bila dibandingkan candi Borobudur. 

 Hasil penelitian sementara menunjukkan bahwa masyarakat kecamatan Kledung memang merupakan keturunan Syailendra. Hal itu ditunjukkan oleh adanya seni tradisional yang melambangkan perkembangan dinasti syailendra, adanya adat masyarakat Kledung yang melambangkan budaya Syailendra, dan cerita legenda yang berkembang di masyarakat secara turun-temurun. “Juga ada benda-benda yang dimiliki masyarakat yang dianggap keramat seperti Kalung Budho dan Ondho Budho” kata Dr. Kun Setyaning Astuti. Namun berdasarkan peninggalan-peninggalan kuno yang dijumpai di daerah tersebut menunjukkan bahwa dinasti Sanjaya mempunyai pengaruh yang lebih besar. Hal itu ditunjukkan dengan ditemukannya lingga dan yoni, patung Nandhi, dan arca Ganesha, patung Siwa dan lain-lain yang lebih banyak dijumpai di daerah tersebut. 

Hanifah Nurunnikmah mengatakan bahwa bercampurnya peninggalan dinasti Syailendra dan Sanjaya menunjukkan bahwa sebelum abad ke-9 telah terjadi toleransi yang sangat harmonis antara Syailendra yang beragama Budha dan Sanjaya yang beragama Hindu. “Hal ini ditunjukkan pada prasasti Gondosuli dan reruntuhan batu candi di dekat prasasti yang menunjukkan toleransi antara Hindu dan Budha” kata Hanifah. Prasasti tertanggal 754 M tersebut menunjukkan bahwa bangunan itu dibangun sebelum pernikahan bersejarah Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dan Pramodya Wardani dari Dinasti Syailendra pada abad ke-9. Rekomendasi dari penelitian ini adalah penamaan ”Taman Syailendra” pada Kawasan Dewata Cengkar Kabupaten Temanggung lebih tepat dinamakan “Taman Sanjaya”, mengingat peninggalan Dinasti Sanjaya lebih banyak ditemukan dari pada peninggalan Dinasti Syailendra, sehingga penamaan “Taman Syailendra” perlu direvisi.

Menurut Tejo Mukti Wibowo, banyak hal menarik lain yang diperoleh dalam penelitian ini, diantaranya penemuan sekitar 100 guci dari Dinasti Tang sekitar abad-9 dan guci produk lokal di lokasi candi yang baru ditemukan, yaitu di Liyangan. “Hal ini menunjukkan bahwa penduduk setempat merupakan masyarakat yang mempunyai keunggulan dalam berdiplomasi dan mampu menjalin hubungan kerjasama internasional  khususnya bangsa China sejak Mataram Kuno dengan baik” ungkapnya ”Disamping itu ditemukan pula arang yang diperkirakan berasal dari abad ke-2”. Bila hal itu benar maka peradaban di sekitar Liyangan merupakan peradaban yang lebih tua dari kerajaan tertua di Indonesia, yaitu kerajaan Kutai. Di lokasi candi tersebut juga ditemukan gabah dan jerami yang tersimpan di dalam kotak. Gabah dan jerami tersebut masih utuh namun warnanya sudah menghitam. (Kun S.A)

Label Berita: 
Share/Save

Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

Trending Articles