Quantcast
Channel: Universitas Negeri Yogyakarta - Leading in Character Education
Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

CITA-CITA, MIMPI DAN HARAPAN ANAK NGADA DALAM SEBATANG CENDANA

$
0
0

Cendana (Santalum album Linn) merupakan salah satu flora khas Nusa Tenggara Timur. Sifatnya yang tidak membutuhkan banyak air menjadi salah satu faktor mengapa tumbuhan ini mampu tumbuh dengan baik di daerah yang relatif kering. Selain diambil minyaknya untuk parfum atau aromaterapi, batang kayu cendana juga bisa dimanfaatkan untuk membuat dupa, rempah-rempah, dan sangkur atau warangka keris. Dibalik pemanfaatannya oleh manusia, pemanenan cendana tidak dibarengi oleh penanaman kembali, sehingga flora khas yang memiliki harga tinggi di pasar internasional ini jumlahnya semakin berkurang.

Berawal dari kepedulian terhadap eksistensi cendana di daerah Nusa Tenggara Timur khususnya Kabupaten Ngada, maka SM-3T UNY angkatan V penempatan Kabupaten Ngada mengadakan program ‘Seribu Cendana untuk NTT’. Yudi Malis selaku koordinator program ini mengatakan, “Tujuan dari program ini selain untuk melestarikan tanaman cendana yang sekarang mulai sulit ditemui juga untuk mendukung PUAS (Program Untuk Anak Sekolah) yang dicanangkan oleh Bupati Ngada, dimana salah satu isinya adalah setiap anak yang baru masuk kelas 1 jenjang sekolah dasar di Kabupaten Ngada diharuskan menanam minimal 1 pohon cendana atau pohon gaharu”.

Sebagai penggagas kegiatan, SM-3T UNY angkatan V penempatan Kabupaten Ngada  menyediakan 180 bibit cendana yang diperoleh dari Yayasan Puge Figo. Dua sekolah, yaitu SDI Malafai dan SMK Negeri Bajawa Utara menyediakan lahan untuk penanaman bibit cendana. SDI Malafai di Kecamatan Wolomeze memperoleh 87 bibit, sedangkan 93 lainnya ditanam di SMK Negeri Bajawa Utara. Penanaman di SDI Malafai dibagi menjadi 2 tempat, yaitu di lingkungan SDI Malafai dan kelas jauh SDI Malafai di Maladhawi yang memiliki jarak kurang lebih 10 km.

Sebagai tumbuhan semi-parasit, cendana tidak mampu hidup sendiri tanpa inang. Maka dari itu, pada setiap bibit cendana yang ditanam memiliki inang berupa tanaman ‘krokot’. Tanaman ini disebut sebagai inang primer, dimana inang ini akan memberikan suplai makanan pada cendana hingga berumur 3 tahun. Setelah 3 tahun, cendana membutuhkan inang sekunder. Inang sekunder ini bisa berupa tanaman berkayu yang berumur sama dengan cendana, misalnya mangga atau jambu.

Program yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 5 Maret 2016 ini dilaksanakan dengan antusias oleh warga sekolah. Perwakilan yayasan memberikan sosialisasi pentingnya menanam cendana dari segi ekologi dan ekonomi. Guru-guru SM-3T berperan aktif dalam mendampingi para siswa menanam bibit cendana dengan benar. Satu orang guru SM-3T mendampingi 2 siswa yang nantinya bertanggungjawab merawat bibit cendana tersebut.

Setiap bibit cendana yang ditanam diberi pagar keliling dari bilah bambu agar aman dari gangguan binatang ternak yang berkeliaran. Pagar ini dituliskan nama-nama siswa yang menanam, sehingga diharapkan rasa tanggungjawab siswa akan muncul untuk merawat bibit cendana ini. Dalam batang cendana yang ditanam terdapat mimpi, cita-cita, dan harapan anak-anak Ngada untuk menjadi lebih baik lagi. Itulah mengapa mereka menyebutnya sebagai ‘Pohon Impian’. (Karina Wiyanda Saksono)

Label Berita: 
Share/Save

Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

Trending Articles