Setelah diwisuda awal tahun 2015 ini, Ratih Kartika, S.Pd., lulusan Pendidikan Akuntansi Kelas Internasional Fakultas Ekonomi (FE) UNY kemudian berhasil mewujudkan salah satu mimpinya: bepergian ke Jepang. Usai mengikuti seleksi sejak akhir September 2015 lalu melalui organisasi ASEAN Youth Friendship Network (AYFN), Ratih dinyatakan memenuhi persyaratan sebagai salah satu dari 20 pemuda dari seluruh Indonesia yang berhak mengikuti program Japan Cultural Camp di Kyoto, Osaka, 7–12 Desember lalu.
Selain Ratih dari UNY, mahasiswa dan alumni yang turut serta berasal dari berbagai perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, Universitas Sebelas Maret, dll. Selain mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Kyoto dan Osaka, Ratih dan rombongan Cultural Camp berkesempatan mempertunjukkan kebudayaan Indonesia di hadapan mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia di Kyoto Sangyo University.
Meski sebelumnya pernah pula mendapat kesempatan menjadi salah satu presenter dalam International Symposium on Business and Social Sciences (ISBSS) di Sapporo pada pertengahan tahun, Ratih batal berangkat karena satu dan lain hal saat itu. “Ternyata Allah menggantinya dengan kesempatan lain yang luar biasa, bertemu orang-orang hebat, mengunjungi berbagai tempat dan banyak belajar dari negara Jepang. Saya sama sekali tidak bisa bahasa Jepang, jadi saya harus mencari sponsor saat itu. Tapi saya punya Allah yang Maha Baik. Finally I did it!” ujar Ratih.
Alumnus FE UNY ini mengunjungi beberapa objek penting di Kyoto dan Osaka seperti Kiyomizu-dera dan Golden Temple. Selain itu, para peserta Japan Cultural Camp juga mengunjungi Kyoto Sangyo Daigaku, salah satu daigaku, atau universitas swasta di Kyoto yang menjadikan Bahasa Indonesia sebagai salah satu dari empat jurusan di fakultasnya selain Bahasa Korea, Jepang, dan Cina.
“Kami berkesempatan untuk bersama-sama belajar, dan menampilkan budaya Indonesia kepada mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia di Kyoto Sangyo University. Mereka terlihat antusias dalam mempraktikkan Bahasa Indonesia yang mereka pelajari,” ungkap Ratih.
Bagi Ratih, tidak ada yang tidak mungkin diwujudkan selama tetap mau bermimpi, berusaha, dan berdoa. “Jangan pernah menyerah mengejar mimpi, selagi sehat, selagi mampu, selagi muda. Yang muda yang berjuang!” tutup owner Ratu Mendoan Cilacap dan founder gerakan Sedekah Apa Saja ini. (fadhli)