Tampak beberapa orang berkulit sawo matang berkumpul di depan papan informasi Stasiun Utama Frankfurt am Main, Jerman, Senin (12/10/2015) lalu. Di sampingnya terlihat beberapa koper besar. Mereka adalah mahasiswa peserta Studienreise dari Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta yang sedang menunggu pemandu dari DAAD. Bersama Sri Megawati, M.A. selaku dosen pendamping, para mahasiswa ini bersiap untuk mengenal Jerman lebih jauh.
Studienreise atau kunjungan studi merupakan salah satu program dari Deutscher Akademischer Austausch Dienst (DAAD). DAAD sendiri merupakan lembaga yang memfasilitasi kegiatan akademik khususnya pertukaran pelajar di seluruh dunia. Hal ini tentu merupakan kesempatan emas bagi setiap mahasiswa untuk merasakan suasana perkuliahan sekaligus menikmati atmosfer baru di Eropa khususnya Jerman. Tahun ini untuk ketiga kalinya jurusan Pendidikan Bahasa Jerman mendapat kesempatan emas tersebut.
Kunjungan diawali dengan wisata sejarah yaitu mengunjungi Wartburg di negara bagian Thüringen, sebuah istana yang dibangun pada abad pertengahan. Dengan diantar oleh pemandu dari DAAD Christian Suchta dan seorang supir bernama Mark, perjalanan berlanjut ke kota Hildesheim. Di kota inilah mahasiswa Pend. Bahasa Jerman mengikuti workshop Untertitelung atau alih bahasa sebuah film.
Pada setiap kota yang dikunjungi, pihak DAAD sengaja menyediakan pemandu lokal untuk menjelaskan seluk beluk kota. Setelah berkeliling dan mendapatkan penjelasan mengenai kota Hildesheim, mahasiswa mengikuti workshop di Universitas Hildesheim. Beberapa mahasiswa yang memang merupakan mahasiswa di Universitas Hildesheim juga tidak ketinggalan mengikuti kegiatan ini. Bertempat di sebuah laboratorium komputer, Dr. Bittner mengajarkan bagaimana teknik menerjemahkan bahasa menggunakan software EZTitles. Selama tiga hari mahasiswa melakukan praktik kemudian mempresentasikan hasil pekerjaan untuk dibahas di depan kelas. Kunjungan dilanjutkan dengan mengunjungi kota-kota indah yaitu Hannover, Marburg serta Frankfurt.
Beruntung, tahun ini Indonesia mendapat kesempatan menjadi tamu kehormatan dalam Frankfurter Buchmesse, sebuah pameran buku tertua dan terbesar di dunia. Dalam pameran ini hadir penulis-penulis besar Indonesia seperti Laksmi Pamunjak, Andrea Hirata, Dewi Lestari dan masih banyak lagi. Tidak hanya mengenalkan karya-karya tulis Indonesia yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa, pengunjung pameran juga dikenalkan dengan rempah-rempah, makanan dan minuman serta budaya Indonesia melalui tari-tarian tradisionalnya. Hadir pula dalam kesempatan ini mantan presiden Republik Indonesia yang sangat berpengaruh dalam dunia penerbangan di Jerman B.J. Habibie. Tidak cukup rasanya peserta Studienreise seharian mengelilingi gedung pameran yang teramat luas. Tetapi rasa puas dan bangga tampak dari raut wajah kelimabelas mahasiswa yang berhasil memborong banyak buku.
Minggu berikutnya peserta Studienreise mengikuti perkuliahan di Universitas Bonn. Namun sebelum mengikuti perkuliahan, para mahasiswa diajak mengunjungi kantor pusat DAAD guna mendengarkan presentasi dan melakukan diskusi salah satunya mengenai program-program yang ditawarkan DAAD. Prof. Antweiler selaku Ketua Jurusan Studi Kawasan Asia Tenggara menyambut hangat kedatangan peserta Studienreise. Didampingi oleh dua dosen Bahasa Indonesia Prof. Bertold Damshӓuser dan Crista Saloh-Foerster, peserta Studienreise dan mahasiswa master di jurusan ini melakukan diskusi di hari pertama perkuliahan. Mereka saling bertukar pikiran mengenai budaya serta isu-isu negara masing-masing. Hari-hari berikutnya di kelas yang berbeda mereka mengikuti kuliah terjemahan baik Bahasa Indonesia ke Bahasa Jerman maupun sebaliknya. Sebelum kembali ke tanah air, kunjungan terakhir yaitu dengan studi wisata di kota yang terkenal dengan gereja megah bernuansa gothik Kölner Dom kota Köln. Priska, salah satu peserta Studienreise mengaku mendapat banyak pelajaran melalui kegiatan ini, “Ngrasa bentar banget. Banyak belajar di sana, jadi banyak instropeksi diri setelah belajar beberapa hal mengenai budaya, misalnya menyapa, sangat ramah!”
Terlaksananya kegiatan ini tentu tidak lepas dari sumbangsih banyak pihak di antaranya yaitu orang tua/wali mahasiswa, Kantor Urusan Internasional UNY, Fakultas Bahasa dan Seni UNY, dosen-dosen serta Lektor DAAD, dan native speaker Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman yang telah memberikan bantuan baik secara moral maupun material. “Semoga pengalaman yang diperoleh selama di Jerman dapat memberikan manfaat serta dapat memotivasi mahasiswa untuk belajar lebih giat sehingga lulus tempat waktu dan dapat melanjutkan studi di sana,” ungkap Dra. Lia Malia, M.Pd., Ketua Jurusan Pend. Bahasa Jerman ketika ditemui mahasiswa pesertaStudienreise sepulang dari kunjungannya. (e.saf)