Quantcast
Channel: Universitas Negeri Yogyakarta - Leading in Character Education
Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

TINGKATKAN KETERAMPILAN BICARA MELALUI DEBAT

$
0
0

Mungkin masih jarang ditemui debat bahasa dengan menggunakan bahasa asing selain Inggris. Apa jadinya jika debat dipraktikkan untuk metode pembelajaran bahasa Jerman? Tentunya akan terlihat menyenangkan dan membuat peserta didik dapat dengan segera mencerna materi yang diberikan.

Hal tersebut diakui oleh Satria Agung Nugroho, mahasiswa PB Jerman 2009, setelah ia dan teman sekelasnya mengikuti perkuliahan Ausdruck Fähigkeit, Kamis, 2/5/2013 lalu. “Menurut saya ini menyenangkan, lebih mengena dan tentu bisa membuat kemampuan berbicara menjadi lebih terasah.” Pada pembelajaran yang diampu oleh native speaker, Svenja Volkert itu, mahasiswa diajak mengemukakan argumennya dalam bahasa Jerman.

Bagi Svenja, melatih argumen dalam debat itu penting karena dalam prosesnya seseorang bisa memperbaiki kompetesinya dalam berbicara serta memperkuat pendapatnya. “Das benutzt um unsere műndliche Kompetenz und Gesprächfähigkeit verbessern, und auch um unsere Kompetenz zur Bildung der eigenen Meinung zu steigern.

Di sisi lain, Satria menyayangkan pembelajaran seperti ini baru didapatnya pada semester akhir. Akan tetapi, Satria yang mantan debatter di SMA-nya (SMA Negeri 2 Boyolali) menambahkan, “Walaupun baru sekarang, tapi memang tidak ada yang terlambat. Lagipula dengan adanya perubahakan kurikulum di jurusan kami, adik-adik kelas kemungkinan bisa  belajar dengan metode seperti ini.”

Pada perkuliahan hari itu, ada beberapa tema yang diperdebatkan, di antaranya adalah masalah anak-anak yang bekerja di usia dini dan masalah aborsi. Anisa Wulandari yang juga debatter UNY itu, antusias dalam mengemukakan argumennya mengenai aborsi. Baginya aborsi bukanlah jalan yang adil untuk dilakukan. Begitu pula dengan Ayu Nurfiyah yang menjadi partner  debat Wulan.

Saat ditemui di sela kuliahnya, Wulan berencana akan membuat klub debat bahasa Jerman. “Sebenarnya dari dulu ini yang saya cari, tapi baru akan terealisasi setelah adanya kegiatan semacam ini di kelas.” Ia juga menambahkan, kegiatan semacam ini perlu dilaksanakan guna meningkatkan keterampilan dan kemampuan bahasa Jerman. Tentu saja ini guna menyongsong UNY sebagai World Class University.

Pada kesempatan yang berbeda, di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris juga diselenggarakan program yang menekankan kemampuan berbicara. Seperti telah diketahui secara umum, keperluan bahasa Inggris menjadi signifikan ketika dunia ilmiah menuntut mahasiswa untuk terampil menggunakan bahasa yang sering digunakan dalam komunikasi internasional ini. “Jurnal dan buku umumnya menggunakan bahasa Inggris dan presentasi ilmiah tertentu juga menggunakan bahasa Inggris,” sebut Prof. Dr. Zamzani, Dekan FBS, saat membuka program speaking club SALC (Self-Access Learning Center) FBS UNY (12/3/2013). Itu sebabnya, guru besar FBS ini menyarankan mahasiswa hendaknya menyadari kebutuhan ini dengan mengikuti kegiatan-kegiatan mandiri yang dapat melatih keterampilan bahasa Inggris.

Speaking Club menjadi pilihan kegiatan yang menyediakan lingkungan praktik bahasa yang nyaman dalam kelompok kecil. Speaking Club di SALC sudah menjadi program tahunan yang mewadahi mahasiswa untuk berlatih bicara bahasa Inggris. “Di SALC, mahasiswa akan belajar selama 10 kali pertemuan tapi waktunya bisa ditentukan sendiri oleh masing-masing kelompok,” jelas Ani Setyaningsih, dosen penanggung jawab program. Bersama tutor-tutor pengelola SALC, peserta dipandu untuk memanfaatkan fasilitas SALC sebagai ruang dan alasan untuk berbicara bahasa Inggris. “Selain ada kegiatan diskusi, nantinya bahasa Inggris akan dibuat menyenangkan dengan kegiatan drama dan lainnya,” jelas Ani. Selama pertemuan, tiap kelompok didampingi tutor-tutor mahasiswa pengelola pusat belajar mandiri ini.

Sebanyak 68 peserta baru pun akhirnya berminat untuk melabuhkan waktu belajar bahasa Inggrisnya di SALC FBS. Tidak hanya dari berbagai jurusan di UNY, mahasiswa UGM dan UIN Sunan Kalijaga juga turut belajar mandiri di program ini. Ari, Mahasiswa Administrasi Negara UNY, merasa antusias menjadi peserta program ini. “Saya ingin melatih skill bicara bahasa Inggris saya karena tidak ada waktu terlambat untuk belajar,” ungkap mahasiswa tingkat akhir ini. Senada dengan Ari, Wahyu juga menaruh harapan pada program ini, “Lewat program SALC, setidaknya saya ingin lebih percaya diri jika bicara bahasa Inggris,” harap peserta dari Jurusan Dakwah UIN Sunan Kalijaga ini. (Fitri Ananda/Febi)

Label Berita: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

Trending Articles