Pemberlakukan kurikulum 2013 yang mengisyaratkan pembelajaran tematik menuntut upaya-upaya pengembangan model pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai unsur dan atau bidang studi secara komprehensif termasuk bidang musik. Di Indonesia pembelajaran musik tematik terintegratif belum banyak dikembangkan, sementara para guru diharapkan mengajarkan musik dengan pendekatan tersebut.
Hal inilah yang mendorong tim peneliti FBS UNY yang terdiri dari Dr. Kun Setyaning Astuti, M.Pd. dan Dr. Agus Widyantoro, M.Pd. melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran musik tematik terintegratif bekerjasama dengan tim peneliti Prof. Theo Wubbels dari Utrecht University dan Karin Hoogeveen dari Hoogeschool Voor De Kunsten Utrecht (LPTK bidang seni musik, teater, dan visual art) Belanda yang lebih berpengalaman dalam mengembangkan model pembelajaran tematik terintegratif beberapa waktu lalu.
Salah satu kegiatan penelitian tersebut adalah melakukan observasi dan wawancara dengan para tokoh pendidikan Belanda. Observasi dilakukan pada proses pembelajaran musik dan teater di Hoogeschool Voor De Kunsten di Utrecht, Royal Conservatoire The Hague (Den Haag), Pendidikan Dasar dan Menengah Cals College di Nieuw Wegein, Sekolah Montessory Herman Jordan Lyceum di Zeist, Kees Boekeschool di Bilthoven serta pada kegiatan pelatihan bagi para seniman yang belajar mengajar di Sekolah Dasar dan Menengah di Akoesticum Ede Wageningen.
Adapun wawancara dilakukan di samping dengan para tokoh pendidikan dari Utrecht University dan ICLON Leiden University, juga dengan para seniman yang menjadi sukarelawan menjadi guru di sekolah-sekolah. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa berdasarkan best practice pembelajaran musik di Belanda menunjukkan pembelajaran musik dapat dilakukan dengan cara: pertama, mengintegrasikan aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik pada suatu materi pembelajaran musik.
Kedua, mengintegrasikan berbagai unsur musik dalam satu materi pembelajaran seperti memberi pengalaman estetis pada peserta didik tentang perubahan dinamik, perubahan tangga nada dari mayor ke minor, dan modulasi dalam satu lagu termasuk pada siswa-siswa PAUD dan Sekolah Dasar. Ketiga, mengintegrasikan teori dan praktik dalam proses pembelajaran. Teori-teori disimpulkan dan dimunculkan bersamaan kegiatan praktik bermain musik. Dan keempat mengembangkan pendidikan karakter dengan mengintegrasikan musik dengan bidang bahasa dan moral.
Temuan yang diperoleh dalam penelitian tersebut antara lain: pertama, di Belanda, pendekatan student center betul-betul dilaksanakan, dalam setiap proses pembelajaran selalu terdapat kegiatan presentasi materi oleh peserta didik. Kedua, dalam setiap proses pembelajaran selalu terdapat kegiatan refleksi yang dilakukan oleh peserta didik. Mereka mengomentari kelebihan dan keberhasilan hasil presentasi teman mereka, dan memberi masukan atau jalan keluar ketika peserta didik yang lain mengalami kesulitan. Ketiga, pada umumnya para peserta didik Belanda merasa bahagia di kelas. (Kun)