Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Dr. Moch. Bruri Triyono terpilih sebagai salah satu dari lima Steering Board RECOTVET melalui pemilihan yang dilakukan saat workshop yang dihadiri seluruh anggota RCP dan Asosiasi terkait di Kamboja (9/10/2015). RECOTVET atau Regional cooperation programme to improve the training of TVET personnel merupakan program di bawah RCP yang bertujuan untuk mendukung dan membangun SDM dan lembaga untuk perbaikan kualitas dan harmonisasi pendidikan vokasi di regional Asia Tenggara.
RECOTVET sendiri didanai oleh pemerintah Jerman melalui German Federal Ministry for Economic Cooperation and Development (BMZ) dan berjalan di bawah naungan GIZ.
Selain Dr. Bruri Triyono, Steering Board lain yang terpilih adalah Prof. Dr. Feng Xiao dari Tongji University, Prof. Numyoot Songthanapitak dari perwakilan RAVTE, Dr. Nils Geissler dari RCP-Asean, Dr. Paryono dari perwakilan lembaga internasional TVET, Seameo Voctech dan Dr. Bruri Triyono sendiri sebagai perwakilan dari negara-negara objek sasaran pengembangan TVET di ASEAN.
“Steering Board ini berfungsi sebagai advisor,”ucap Bruri Triyono. “Kami sebagai penentu kebijakan untuk pengembangan organisasi serta sebagai reviewer proposal-proposal program pengembangan maupun project penelitian,” imbuhnya.
Lebih jauh, Bruri Triyono menjelaskan bahwa ada tiga kebijakan yang menjadi landasan pergerakan RECOTVET.
Pertama RECOTVET memfokuskan pada format jaringan internasional, seperti konferensi, forum dialog dan seminar yang mempromosikan pertukaran regional, dialog dan kerjasama dengan para pengambil keputusan, serta dengan program pendidikan kejuruan bilateral di Indonesia, Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam.
Kedua, pengembangan SDM untuk personil TVET adalah fokus utama. Pengembangan ini ditujukan untuk para ahli dan pimpinan dari kementerian, lembaga pelatihan vokasi, dan pelaku sektor bisnis sehingga diharapkan top leader ini dapat “menularkan” nilai pelatihan yang didapat kepada koleganya.
Yang terakhir adalah fokus pada kolaborasi universitas. Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan pendidikan dan pelatihan instruktur vokasi di Asia. Dalam hal ini, kementerian dan universitas memiliki peranan penting untuk melatih dan mengambangkan guru-guru bidang vokasi. Bidang ini juga diharapkan mampu menjadi jembatan untuk memanfaatkan temuan penelitian terbaru bidang vokasi sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pengambil keputusan atau pemerintah. (humas FT)