Bahasa merupakan perantara komunikasi seseorang. Anak memperoleh bahasa melalui mendengarkan dari lingkungan sekitarnya baik itu keluarga, teman, maupun masyarakat. Demikian pula pada anak tunarungu. Mereka membutuhkan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain sehingga tidak merasa terasing dari lingkungannya. Namun proses pemerolehan bahasa pada anak tunarungu tidak berjalan normal seperti anak pada umumnya.
Akibatnya, anak tunarungu mengalami hambatan dalam berbahasa, khususnya dalam aspek sintaksisnya. Dalam mendukung proses pembelajaran sintaksis pada anak tunarungu dibutuhkan suatu media pembelajaran visual yang digunakan secara kontinyu melalui pelatihan dan pendampingan oleh guru. Sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta menggagas ide berupa pelatihan dan pendampingan sentence scramble game sebagai media pembelajaran sintaksis anak tunarungu di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tim pelaksana menggunakan media pembelajaran sentence scramble game dalam pelatihan dan pendampingan ini.Mereka adalah Yeni Norma Irawati dan Sayidah Alawiyah dari prodi Pendidikan Luar Biasa, Eggi Sutanto dari prodi Teknologi Pendidikan, Muhammad Muslim Machbub Sulthony dari Prodi PGSD FIP UNY serta Vindy Lailatul Mukaromah dari prodi Sastra Indonesia FBS UNY.
Menurut Yeni Norma Irawati, sentence scramble game merupakan permainan berupa menyusun kembali struktur kalimat yang telah diacak sebelumnya yang dirancang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pembelajaran anak tunarungu. Media pembelajaran ini berupa permainan kalimat acak, ditampilkan dalam bentuk flash yang disertai gambar tokoh animasi.
“Fungsinya memudahkan anak untuk menyelesaikan soal dalam sentence scramble game” ungkap Yeni. “Hal ini disesuaikan dengan karateristik anak tunarungu yang lebih memanfaatkan organ visualnya dalam proses pembelajaran.”
Eggi Sutanto menambahkan bahwa pelatihan dan pendampingan penggunaan media pembelajaran sentence scramble game bagi anak tuna rungu tersebut dilaksanakan di SLB Karnnamanohara dan SLB Yapenas Yogyakarta. Menurutnya, pelatihan dan pendampingan ini diperuntukkan bagi guru dan siswa. Bagi guru, kegiatan pelatihan berupa pengenalan dan praktik penggunaan media pembelajaran sentence scramble game, dengan harapan setelah guru dilatih guru mampu menggunakan media pembelajaran tersebut dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Bagi siswa, melalui pelatihan ini anak dapat belajar merangkai pola/struktur kalimat menjadi kalimat yang padu menggunakan media pembelajaran sentence scramble game. “Media pembelajaran ini disusun sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pembelajaran anak tunarungu yang lebih mengedepankan fungsi organ visualnya dalam melakukan proses pembelajaran” tutur Eggi.
Muhammad Muslim Machbub Sulthony menjelaskan bahwa metode pelaksanaan pelatihan ini diawali dengan melakukan sosialisasi kepada anak tunarungu terkait program yang akan dilaksanakan, kemudian dilakukan pretest sebagai tahap awal untuk mengetahui kemampuan siswa. “Langkah berikutnya diberikan materi berupa pengenalan pola kalimat yang fungsional” kata Machbub. “Berupa pengenalan subyek, predikat, obyek dan keterangan kalimat.”
Dalam kegiatan ini, metode yang digunakan yaitu metode ceramah dan tanya jawab baik secara lisan maupun isyarat. Kemudian dilakukan pengenalan peralatan yang dapat digunakan dalam pengoperasian sentence scramble game, dilanjutkan dengan pelatihan bahasa melalui penggunaan sentence scramble game untuk meningkatkan kemampuan sintaksis pada anak tunarungu yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tingkatan level yang berbeda.
Setelah itu dilakukan percakapan secara lisan maupun isyarat dalam pengucapan bahasa yang memiliki pola kalimat yang terstruktur. “Diakhiri dengan praktik pembuatan karangan sederhana yang dituangkan dalam bentuk tulisan,” katanya. Kegiatan ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Pada Masyarakat (PKM-M) tahun 2015. (Dedy)