Kesulitan guru dalam memberikan pembelajaran yang aktif dan kreatif karena guru belum mempunyai model yang tepat. Model ini yang akan dijadikan acuan bagi guru untuk memberikan sistem pembelajaran yang akan membuat peserta didik termotivasi untuk bersikap aktif dan kreatif di kelas. Melihat permasalahan tersebut, menggelitik para dosen PGSD UNY untuk mengadakan pelatihan tentang pembelajaran aktif dan kreatif berbasis saintifik jelas Hidayati, M.Hum. selaku Ketua PPM PGSD FIP UNY dalam Pelatihan Implementasi Pembelajaran PAKEM bagi Guru SD di Kecamatan Pengasih pada Selasa (18/8/2015), di Ruang Laboratorium Pemasaran UNY Kampus Wates. Pelatihan ini diikuti oleh sekitar 25 guru SD di Kecamatan Pengasih.
Supartinah, M.Hum. selaku narasumber pelatihan ini menyampaikan bahwa guru di era sekarang berbeda dengan guru di masa lalu. Guru di masa lalu diibaratkan guru menyuapi ilmu pada anak didik dan banyak ceramah. Sedangkan guru di masa sekarang guru merupakan fasilitator dan motivator. “Sudah bukan zamannnya lagi guru bersikap arogan dengan menjejali peserta didik dengan banyak ceramah. Guru yang ideal harus mempunyai mata yang lebar yang mampu melihat semua perilaku peserta didiknya, telinga yang lebar yang mampu mendengar semua keluh kesah siswanya, tangan yang besar yang mampu merangkul semua peserta didiknya dan mulut yang besar untuk berkata tentang hal-hal yang baik,” tandasnya.
“Seorang anak itu mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Melatih anak untuk menjadi aktif dan kreatif dimulai dengan anak diajak untuk mengamati dan bertanya. Biasakan anak untuk tidak hanya belajar membaca, melihat, mendengar tapi libatkan dalam diskusi, melakukan simulasi atau mengerjakan dalam hal nyata. Anak akan cenderung lebih mudah mengingat,” jelas Supartinah.
Tambah Supartinah, metode PAKEM merupakan sistem pembelajaran yang melingkupi apsek aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran ini mengajak siswa untuk aktif mengamati, diskusi, ataupun melakukan simulasi. Siswa juga diajak untuk berjiwa kreatif untuk menghasilkan karya yang berbeda. Guru juga mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam menyelesaikan masalah. Pembelajaran juga harus efektif sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Serta guru menggunakan alat bantu pembelajaran untuk membantu meningkatkan semangat belajar siswa.
“Tak kalah pentingnya untuk menciptakan ruangan kelas yang tidak monoton. Kelas bisa ditata menjadi lebih menarik, literat dengan tidak membiarkan dinding kelas kosong. Dinding kelas dapat digunakan sebagai ajang menampilkan karya siswa. Juga pojok kelas dapat difungsikan untuk pojok baca,” tandas Supartinah.
Pada pembukaan kegiatan Ketua Pengelola UNY Kampus Wates, Bambang Saptono, M.Si. menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari kontribusi UNY Kampus Wates dalam upaya mengembangkan sistem pembelajaran kreatif bagi peserta didik. “Semoga pelatihan ini dapat bermanfaat dan memberikan model baru dalam proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan,” jelas Bambang.
Pada pelatihan ini para guru diputarkan video tentang pembelajaran kemudian para guru berdiskusi dan mengerjakan lembar kerja. Di akhir sesi para guru diminta untuk mengumpulkan RPP yang mencantumkan tentang pembelajaran aktif dan kreatif. (Tusti)