Seto Mulyadi yang biasa dipanggil dengan Kak Seto Kak Seto Mulyadi, psikolog anak, pembawa acara program anak dan pemerhati masalah anak-anak ini pada Senin malam (11/5/2015) unjuk kepintaran dalam hal mendalang. Kak Seto mendalang wayang kulit dalam pembukaan Festival Dalang Cilik Nasional V sebagai rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-51 UNY tahun 2015. Selain Kak Seto, malam itu tampil juga pasangan dalang kembar Sugeng dan Bagyo serta Seruni Widawati dan Seruni Widaningrum.
Sebelum pentas wayang pada kesempatan tersebut, dilaksanakan upacara pembukaan di Museum Pendidikan Indonesia (MPI) UNY. Hadir pada kesempatan tersebut para pimpinan UNY, para pengelola museum di Yogyakarta, dan tamu undangan lainnya. Pembukaan oleh Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., dengan ditandai pemotongan pita. Selain itu, juga ditandai oleh Rektor dengan membuat coretan lukisan pada kanvas, kemudian dilanjutkan dengan meninjau Pameran Wayang Nusantara yang menampilkan beberapa jenis wayang yaitu Wayang Sambung, Wayang Klithik, Wayang Gedhog, Wayang Wahyu, Wayang Wacinwa, dan Wayang Purwo.
Rochmat Wahab, di sela-sela meninjau pameran wayang menjelaskan bahwa generasi muda hampir sebagian besar selama ini tidak pernah melihat wayang. “Dengan kita menghadirkan wayang di kampus seperti pagelaran, festival, serta pameran ini bagi yang pernah melihat bisa untuk me-refresh apa yang pernah dikenali tentang wayang itu dengan ceritanya, yang pada waktu kecil belum masuk pada pemahaman dan sikapnya. Sehingga mereka ignore pada kehadiran wayang. Semoga dengan kehadiran wayang di kampus ini bisa me-refresh mereka.”
“Bagi yang belum mengenali, mereka bisa mengenali dengan informasi yang baru dan akan meluas pengetahuan tentang wayang. Lebih-lebih mereka akan hadir ditengah-tengah anak-anak masa depan,” lanjutnya.
Sementara itu, Seto Mulyadi menjelaskan bahwa wayang ini mengandung unsur pendidikan. Pendidikan yaitu mengenai etika, estetika, dan ada unsur nasionalisme. Di sini mengajarkan kemenangan berada di pihak yang baik. Ini mengajarkan pada anak bagaimana mencitai negaranya.
“Selain itu ada unsur seninya, bangga pada Indonesia. Saya memberikan dukungan sepenuhnya sebagai Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak supaya supaya dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan garis yang sudah ditetapkan para pendidik.” (witono)