Beberapa tahun terakhir ini, Indonesia sudah didahului oleh negara-negara ASEAN lain dalam banyak bidang. Dibandingkan Laos dan Vietnam saja misalnya, Indonesia sudah kalah dalam bidang sepakbola. “Keberhasilan di bidang sepakbola adalah juga salah satu indikator kondisi suatu bangsa,” ujar Dekan Fakultas Ekonomi (FE) UNY, Dr. Sugiharsono, M.Si. dalam seminar “Penyiapan Tenaga Terampil Menghadapi MEA” di Auditorium FE UNY, Kamis (30/4/2015) lalu. Turut hadir dalam seminar tersebut lebih dari 200 mahasiswa Universitas Prof. HAMKA (UHAMKA) Jakarta dan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Selain itu, pejabat dekanat dari kedua universitas dan juga jurusan Pendidikan Administrasi Perkantoran FE UNY turut hadir.
Menurut Sugiharsono, Indonesia menjadi sasaran empuk dalam MEA 2015 nanti sebab memiliki jumlah penduduk dan sumberdaya alam yang cukup besar. “Peran pemerintah menjadi penting dalam mengatasi masalah ini. Selain itu, perlu juga adanya soliditas antar pengusaha, tenaga kerja, dan lembaga pendidikan di Indonesia untuk menyambut MEA,” tambahnya.
Sementara itu, Guru Besar FE UNY Bidang Administrasi Perkantoran Prof. Dr. Muhyadi mengatakan, sejumlah negara di ASEAN sudah bersiap menyambut MEA. “Thailand misalnya, beberapa tahun terakhir sudah mengintensifkan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah. Selain itu, berbeda dengan Indonesia, Malaysia juga sudah dikondisikan sedemikian rupa. Di Malaysia, di sepanjang jalan banyak dijumpai spanduk dan slogan menyambut pemberlakuan MEA. Sedangkan di Indonesia, lebih banyak dijumpai spanduk dan baliho partai politik dan gambar caleg,” urainya.
Hal ini menandakan kesiapan masyarakat Indonesia dalam menyambut MEA belum optimal. “Sebagai lembaga yang diharapkan menghasilkan sumberdaya manusia yang mampu berkompetisi secara global, perguruan tinggi seharusnya merasa lebih terpanggil dan bertanggung jawab untuk membekali lulusannya dengan berbagai kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat global,” tambahnya.
Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UHAMKA, Dra. Fitniwilis, M.Pd. menuturkan, peran PT penting melalui kegiatan seminar semacam ini. “Kegiatan akademik ini merupakan sarana orientasi riset, orientasi religi, dan juga orientasi pariwisata bagi mahasiswa kami. Sepulang dari kegiatan ini, mahasiswa diharuskan melaksanakan diseminasi atas hasil kunjungan kepada adik-adik kelasnya,” ujarnya.
Kaprodi Pendidikan Ekonomi UHAMKA, Dra. Hj. Sri Astuti, M.Pd. mengatakan bahwa keahlian softskill harus dimiliki mahasiswa. “Hardskill itu kemampuan dan ilmu pengetahuan, bisa diperoleh melalui kegiatan-kegiatan akademik. Tetapi softskill, bisa diperoleh dengan berpartisipasi di kegiatan-kegiatan non-akademik, organisasi, dan kepanitiaan. Hardskill itu ibarat kecepatan, teknik, dan merebut bola dalam sepakbola. Sementara softskill itu ibarat kemampuan kerjasama, keberanian memutuskan, dan kegigihan dalam mengejar bola,” ujarnya.
“Sebelum seorang mahasiswa diwisuda, UHAMKA juga sudah membuat syarat tambahan berupa SKPI (Surat Keterangan Pelengkap Ijazah) yang bisa diperoleh dengan kegiatan-kegiatan non akademik seperti pelatihan, kepanitiaan, atau keorganisasian. Ini agar mahasiswa kami lebih berbekal sebelum mereka lulus. Kita tidak perlu takut menyambut adanya MEA. Justru negara-negara lainlah yang harus takut,” tambahnya. (fadhli)