Quantcast
Channel: Universitas Negeri Yogyakarta - Leading in Character Education
Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

KELUARGA, MOTIVASI NOVITA DAN HAPSOH

$
0
0

Orang tua adalah sosok yang punya andil besar bagi kehidupan seseorang. Setidaknya, dari merekalah seseorang itu dilahirkan ke dunia. Pun perjuangan mereka dalam mencari nafkah tidak pantas kita kesampingkan. Betapa banyak orang tua yang tidak pernah didengarkan nasihatnya, dan betapa banyak anak yang lebih suka mendengarkan bisikan teman yang belum tentu baik baginya. Dorongan semangat dan doa yang diberikan orang tua kepada anak, adalah energi yang, bila dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, mampu menjadi sebab turunnya Ridho dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang dengannya tercapai segala cita-cita sang anak. Semangat ini terpancar dari kedua lulusan Fakultas Ekonomi (FE) UNY yang baru saja diyudisium pada Kamis (30/4/2015) lalu, Novita Sari dari Program Studi Manajemen S1 dan Siti Hapsoh dari Akuntansi D3.

Novita, demikian biasa dia dipanggil, adalah lulusan dengan Indeks Prestasi Tertinggi pada periode kali ini dengan nilai 3,83. Alumnus SMKN 1 Klaten ini, semasa berkuliah, bukanlah mahasiswa biasa. Tidak kurang dari empat organisasi kemahasiswaan digelutinya selama tiga tahun delapan bulan menempuh studi di UNY. Mulai dari Koperasi Mahasiswa (KOPMA) UNY hingga Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) UNY menjadi sarana baginya dalam melatih softskills.

Peraih penghargaan Best Speaker pada ajang “2ndHIMIE ECONOMICS RESEARCH OLIMPIAD” di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada 2014 ini mengaku tidak punya kebiasaan istimewa dalam belajar. “Saya hanya berusaha menyempatkan membaca materi setelah kuliah atau malamnya paling tidak satu jam. Selain itu, saya juga mencatat agenda dan tugas di memo agar tidak lupa,” terangnya. Ditambahkannya lagi, salah satu sosok yang menjadi motivasinya adalah ayahnya. “Ayah selalu memberikan nasihat kepada saya supaya berbuat optimal dalam melakukan sesuatu, lalu ditambah dengan berdoa dan berusaha. Tadinya ingin langsung bekerja, tapi dengan bekal IPK sebesar ini, semoga bisa jadi jalan untuk melanjutkan studi S2,” ujar putri kedua dari tiga bersaudara pasangan Mudakir Darto Miharjo dan Suratmi ini.

Sementara itu, Siti Hapsoh yang juga merupakan pegiat kemahasiswaan semasa kuliah menjadi satu-satunya lulusan dari program Diploma dengan predikat Dengan Pujian. Peraih IPK sebesar 3,67 ini menceritakan bagaimana perjuangannya menghadapi pola pikir sebagian besar masyarakat dan pemuda di desanya. “Di desa kami, di Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, sedikit sekali yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Di keluarga saya, hanya saya yang berkuliah. Kedua kakak saya hanya memegang ijazah SD,” terang bungsu dari pasangan Ewo dan Inta ini.

“Sewaktu SMP, saya harus berjalan kaki selama satu jam sampai ke sekolah. Bapak hanya seorang petani dan kini sudah mulai sakit-sakitan. Selepas lulus dari SMK, saya sempat kerja selama tiga bulan di sebuah perusahaan distributor komputer di Ciamis, tapi kemudian alhamdulillah diterima di UNY melalui jalur Seleksi Mandiri,” tutur lulusan SMKN 1 Ciamis 2012 ini.

Di tengah keterbatasan ini, Hapsoh tidak mudah menyerah. Gadis periang ini selalu supel bergaul dan tak ragu untuk turut bergabung dengan kegiatan kemahasiswaan di Kampus Wates, hingga sempat menduduki jabatan Ketua Himpunan Mahasiswa (Hima) D3 Wates. Selain itu, bakat keorganisasiannya juga terasah di Pramuka dan Unit Kegiatan Kerohanian Islam Al-Mujaddid UNY Kampus Wates. Dengan bekal kesibukan organisasi tersebut, Hapsoh bisa mendapat beasiswa BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa) selama 2 tahun.

Dengan kesibukan yang tak kalah dari Novita, Hapsoh juga memiliki trik tersendiri. “Saat di kelas, saya selalu memfokuskan diri hanya untuk belajar, tidak memikirkan apapun, termasuk urusan organisasi. Tugas juga segera diselesaikan sepulang kuliah. Kalau masih belum selesai, saya kerjakan di malam hari,” bebernya.

“Saya ingin membanggakan orang tua. Selain itu, semoga saya bisa mengubah paradigma orang di desa, berkuliah tidak harus kemudian bekerja di kantor; bisa juga menjadi seorang pengusaha. Kalau ada biaya dan beasiswa, saya ingin melanjutkan studi lagi,” harap gadis yang juga sempat berbisnis sembari berkuliah ini.

Pada yudisium kali ini, FE UNY meluluskan 78 orang yang terdiri dari 36 orang S1 Kependidikan, 40 S1 Non-Kependidikan, dan 1 orang Program D3. “Yudisium kali ini juga merupakan salah satu momen langka di mana peraih predikat Dengan Pujian mencapai 50%,” kata Nurhadi, M.M. dalam laporannya selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik. Senada dengan itu, Dekan Sugiharsono juga menegaskan agar para alumni lebih meningkatkan daya saingnya. “Jumlah sebanyak itu memang prestasi tersendiri, tetapi juga menjadi tantangan bagi kalian karena persaingan di dunia kerja menjadi semakin ketat,” pesannya. (fadhli)

Label Berita: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

Trending Articles