Quantcast
Channel: Universitas Negeri Yogyakarta - Leading in Character Education
Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

BERSYUKUR SEBAGAI HAMBA ALLAH SEJATI

$
0
0

“Persaudaraan yang baik adalah persaudaraan yang didasarkan pada Allah SWT yang saling memberi karena Allah. Kita berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah. Mengapa demikian Bapak/Ibu, karena ada saja orang yang berkumpul karena maksiat. Seperti apa kemaksiatan itu, apabila seseorang telah mampu untuk melakukan salat, puasa, zakat, naik haji, namun tidak melakukan hal-hal tesebut di atas. Karena pada hari kiamat tiada pertolongan kecuali dari Allah. Termasuk orang-orang yang rendah hati, mereka akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah.”

Demikian paparan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta, Drs. Thoyib Hidayat, M.Si. saat memberikan ceramah dalam pengajian untuk pegawai administrasi Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), 24 April 2015 di Ruang Sidang Utama. Lanjutnya, ciri-ciri hamba-hamba Allah yang sejati adalah: (1) orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, (2) apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik, (3) orang yang melalui malam hari dengan sujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.

“Jika kamu menghitung nikmat Allah, maka tidak akan pernah selesai. Meskipun lautan sebagai tintanya dan pepohonan sebagai pena tidak akan habis rasa syukur kita. Syukur tersebut meliputi syukur dalam hati, seperti menjahui sifat musrik. Karena Allah tidak adaka memberikan berkah apabila di dalam rumah terdapat minuman keras, benda-benda yang musryik, dan ada anjing. Selanjutnya rasa syukur dengan lisan seperti membaca Alquran, solawat nabi, mengukuti pengajian. Adapun wujud syukur yang ketiga adalah syukur yang selalu diniatkan dengan niatan ibadah kepad Allah SWT,” jelas Thoyib.

Pada kesempatan tersebut, Thoyib juga mengajak agar pandai-pandai menjaga diri, karena musuh dalam kebaikan itu tetap ada, yaitu diri kita sendiri, keluarga, dan orang lain. “Mengapa diri kita, karena dalam diri kita ada sifat baik dan buruk. Mengapa keluarga, karena belum tentu dalam sebuah keluarga saling mendukung 100 persen, mengapa orang lain, karena salah satu sifat buruk manusia adalah mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Diajak puasa, mengatakan perutnya sakit, diajak solat menjawab tidak sempat, diminta sumbangan malah marah,” papar Thoyib diikuti tawa peserta pengajian.

Mengakhiri pengajian, Thoyib berpesan agar senantiasa selalu bersyukur sebagai hamba Allah sejati, dengan memanfaatkan tidur sebaik-baiknya, namun tetap ada waktu malam yang dipergunakan untuk ibadah. (ratnae)

Label Berita: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

Trending Articles